Menteri Agama RI, Lukman Hakim Saifuddin memberi sambutan dalam acara seminar nasional Peran Pesantren dalam Pembangunan Kesehatan, di Pesantren Tebuireng, Sabtu (9/3/2019). (Foto: M. Abror)

Tebuireng.online- Kepada santri dan peserta seminar peran pesantren dalam pembangunan kesehatan, Sabtu (9/3/19) Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin menyampaikan bahwa pesantren tidak bisa luput dengan kesehatan. Menurutnya, kita perlu mengetahui tentang pentingnya wawasan mengenai bersih dan suci.

“Sejak kecil kita memahami apa yang bersih belum tentu suci, dalam kajian fikih bersih dan suci merupakan dua hal yang berbeda. Bersih adalah terbebas dari kotor, suci adalah tidak adanya hadas atau najis,” tuturnya di gedung KH. M. Yusuf Hasyim Pesantren Tebuireng.

Ia menjelaskan bersih diumpamakan dengan sebotol air mineral yang bening, baginya itu mungkin bersih tetapi belum tentu suci, air tidak dapat digunakan bersuci jika musta’mal. Berbeda dengan suci meski airnya keruh namum memenuhi dua kulah atau kisaran 270 liter atau mengalir, maka dapat digunakan bersuci.

Santri zaman 70an, lanjutnya berbanding terbalik dengan santri zaman milenial. Jika dulu dalam memilih pondok hal yang utama dicari ada ilmu yang diajarkan maka pada masa ini para orang tua memilih pesantren dengan manajemen pesantren yang baik, fasilitas yang memumpuni, kondisi lingkungan yang bersih, lalu baru menanyakan paket ilmu yang diajarkan.

“Dulu boleh saja anggapan santri yang kudisan berarti ia sudah khatam nadhom, sakit kepala dianggap siap ngaji kitab Ihya Ulumuddin, sakit perut dianggap sudah menelan rajah dari kitab Syamsul Arifin, lantas kembang kempis dianggap sudah melakoni sufi, lalu ketika nafas habis atau innalilah muncul alibi orang saleh memang tidak berumur panjang,” ungkapnya disusul tawa peserta seminar.

Majalah Tebuireng

Berpakian putih dengan sarung batik, lelaki yang merupakan saudara Ibu Nyai Farida Salahuddin ini memaparkan bahwa pesantren saat ini sudah memasuki pasar pendidikan yang makin pesat, baginya pensantren perlu merujuk pada kebutuhan konsumennya dengan memberikan fasilitas, lingkungan dan manajemen, serta ilmuan pesantren yang baik sehingga menghasilkan santri yang sukses.

“Bagi saya sukses itu terangkum dalam 3S. Yaitu pertama, saleh berimplementasi pada nilai perilaku sehari-hari. Kedua, smart yakni menguasai ilmu agama dan mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman. Dan yang terakhir, sehat yakni bugar badannya sekaligus waras pikirannya,” tuturnya mengakhiri sambutannya.

Pewarta : Nazhatus Zamani
Publisher : RZ