Ilustrasi: muslimah belajar. (Tbi3)

Oleh: Siti Zarifa Nuramalina*

Kepribadian adalah kumpulan karakteristik dan perilaku yang membedakan satu individu dari individu lainnya. Kepribadian terbentuk melalui interaksi antara faktor genetis, lingkungan, serta pengalaman hidup. Sementara itu, sikap keagamaan adalah refleksi dari keyakinan, praktik, dan komitmen individu terhadap ajaran agama yang dianutnya. Sikap ini sering kali dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kepribadian. Remaja merupakan kelompok usia yang sangat dinamis dan rentan terhadap perubahan, sehingga memahami bagaimana kepribadian mempengaruhi sikap keagamaan mereka sangatlah penting.

Kepribadian dan Sikap Keagamaan

Teori-teori kepribadian seperti teori Big Five Personality Traits yang dikemukakan oleh Costa dan McCrae, serta teori psikoanalisis dari Sigmund Freud, memberikan kerangka untuk memahami kepribadian individu. Lima dimensi utama dalam teori Big Five meliputi keterbukaan terhadap pengalaman (openness), kesadaran (conscientiousness), ekstroversi (extraversion), keramahan (agreeableness), dan neurotisisme (neuroticism). Masing-masing dimensi ini dapat berinteraksi dengan sikap keagamaan seseorang.

Keterbukaan terhadap Pengalaman (Openness to Experience)

Majalah Tebuireng

Remaja dengan tingkat keterbukaan yang tinggi cenderung memiliki pikiran yang terbuka terhadap ide-ide baru dan pengalaman yang berbeda. Mereka mungkin lebih cenderung mengeksplorasi berbagai pandangan keagamaan dan mungkin mengembangkan sikap yang lebih fleksibel terhadap agama. Namun, keterbukaan ini juga dapat menyebabkan sikap yang lebih skeptis terhadap dogma keagamaan yang ketat.

Kesadaran (Conscientiousness)

Remaja yang memiliki tingkat kesadaran yang tinggi cenderung disiplin, bertanggung jawab, dan teliti. Mereka biasanya memiliki komitmen yang kuat terhadap nilai-nilai dan aturan, termasuk nilai-nilai keagamaan. Sikap keagamaan mereka cenderung lebih stabil dan konsisten, serta mereka mungkin lebih rajin dalam mengikuti praktik-praktik keagamaan.

 Ekstroversi (Extraversion)

Remaja ekstrovert cenderung sosial, energetik, dan mudah bergaul. Mereka mungkin lebih aktif dalam komunitas keagamaan dan lebih terlibat dalam kegiatan-kegiatan keagamaan yang bersifat kelompok. Sikap keagamaan mereka dapat dipengaruhi oleh interaksi sosial dan dukungan dari teman-teman seiman.

Keramahan (Agreeableness)

Remaja dengan tingkat keramahan yang tinggi cenderung empatik, baik hati, dan kooperatif. Mereka mungkin lebih mudah menerima dan menyesuaikan diri dengan ajaran agama yang menekankan kasih sayang, kerjasama, dan kedamaian. Sikap keagamaan mereka sering kali mencerminkan nilai-nilai moral yang diajarkan oleh agama mereka

Neurotisisme (Neuroticism)

Remaja dengan tingkat neurotisisme yang tinggi cenderung mudah cemas, merasa tidak aman, dan emosional. Sikap keagamaan mereka mungkin dipengaruhi oleh kebutuhan akan ketenangan dan keamanan emosional yang dapat diberikan oleh keyakinan agama. Namun, mereka juga mungkin lebih rentan terhadap konflik internal terkait keyakinan agama mereka.

Faktor Lingkungan dan Pengalaman

Selain dimensi kepribadian, lingkungan sosial dan pengalaman hidup juga memainkan peran penting dalam membentuk sikap keagamaan remaja. Keluarga, teman, sekolah, dan media massa adalah beberapa agen sosial yang berkontribusi terhadap pembentukan sikap ini.

Keluarga

Keluarga adalah agen sosial pertama dan utama dalam kehidupan seorang remaja. Orang tua yang religius sering kali menanamkan nilai-nilai keagamaan kepada anak-anak mereka sejak dini. Sikap keagamaan remaja sering kali mencerminkan keyakinan dan praktik yang diajarkan oleh keluarga.

Teman dan Sebaya

Kelompok teman sebaya memiliki pengaruh besar terhadap sikap dan perilaku remaja. Remaja cenderung mencari identitas dan penerimaan dalam kelompok teman mereka. Jika kelompok tersebut memiliki sikap keagamaan yang kuat, kemungkinan besar remaja tersebut juga akan mengadopsi sikap yang serupa.

Sekolah dan Pendidikan

Institusi pendidikan, terutama yang berbasis agama, memiliki peran dalam membentuk sikap keagamaan remaja. Kurikulum, kegiatan ekstrakurikuler, dan atmosfer sekolah dapat mendukung atau menghambat perkembangan sikap keagamaan.

Media Massa

Media massa, termasuk media sosial, memainkan peran yang semakin penting dalam kehidupan remaja. Paparan terhadap berbagai pandangan keagamaan dan informasi melalui media dapat mempengaruhi sikap keagamaan mereka. Media dapat menjadi sumber informasi yang memperkuat keyakinan atau sebaliknya, memperkenalkan keraguan dan pertanyaan.

Implikasi Terhadap Pembentukan Karakter Remaja

Memahami pengaruh kepribadian terhadap sikap keagamaan dapat memberikan wawasan penting bagi orang tua, pendidik, dan pemimpin komunitas agama. Dengan memahami bahwa kepribadian memainkan peran dalam sikap keagamaan, dapat dikembangkan pendekatan yang lebih personal dan efektif dalam pendidikan agama.

Pendidikan Agama yang Personal

Pendidikan agama yang memperhitungkan kepribadian individu dapat lebih efektif dalam membentuk sikap keagamaan yang positif. Misalnya, pendekatan yang berbeda mungkin diperlukan untuk remaja yang ekstrovert dibandingkan dengan yang introvert.

Pengembangan Program Keagamaan

Program-program keagamaan di sekolah dan komunitas dapat disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan berbagai tipe kepribadian. Kegiatan yang melibatkan interaksi sosial mungkin lebih efektif untuk remaja ekstrovert, sementara kegiatan reflektif mungkin lebih cocok untuk mereka yang cenderung introvert.

Kepribadian memainkan peran signifikan dalam membentuk sikap keagamaan di kalangan remaja. Lima dimensi utama kepribadian-keterbukaan terhadap pengalaman, kesadaran, ekstroversi, keramahan, dan neurotisisme-masing-masing memiliki pengaruh unik terhadap bagaimana remaja memandang dan menghayati agama.

Selain itu, lingkungan sosial dan pengalaman hidup juga berperan penting dalam pembentukan sikap keagamaan. Penting bagi orang tua, pendidik, dan pemimpin komunitas untuk memahami pengaruh ini agar dapat memberikan bimbingan yang sesuai dan mendukung perkembangan sikap keagamaan yang sehat pada remaja. Dengan pendekatan yang personal dan holistik, diharapkan remaja dapat mengembangkan sikap keagamaan yang kuat dan positif, yang akan menjadi landasan bagi kehidupan mereka di masa depan.



*Mahasiswa Universitas Hasyim Asy’ari, Prodi Komunikasi Penyiaran Islam.