Sumber gambar: gambarlucuwa.blogspot.com

Oleh: Hipzil Anhar*

Pesantren sebagai pusat pendidikan Islam tradisional, tidak hanya mengajarkan ilmu agama, tetapi juga berperan penting dalam membentuk karakter dan kepribadian santri. Di sana, santri tidak hanya diajarkan untuk menghafal Al-Quran dan hadits, tetapi juga untuk mempraktikkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dalam kehidupan sehari-hari. Pendalaman agama ini bukan hanya untuk tujuan spiritual semata, tetapi juga sebagai landasan utama dalam membentuk moralitas yang kokoh dan kepribadian yang mulia.

Kepribadian mulia merupakan hal yang sangat dihargai dalam Islam, dan pesantren telah lama menjadi tempat utama untuk membentuk karakter dan kepribadian yang kuat bagi para santri. Proses ini tidak hanya terjadi di dalam pesantren, tetapi juga meluas ke lingkungan di luar pesantren.

Berikut adalah beberapa hal yang menjadi landasan dalam pembentukan kepribadian mulia santri di lingkungan pesantren dan di luar pesantren:

  1. Pendidikan Agama yang Mendalam

Di pesantren, santri mendapatkan pendidikan agama yang mendalam sesuai dengan ajaran Islam. Mereka mempelajari Al-Quran, hadis, fiqih, akhlak, dan nilai-nilai Islam lainnya secara intensif. Dalil untuk hal ini dapat ditemukan dalam Al-Quran surat At-Tahrim ayat 6 yang menyatakan:

Majalah Tebuireng

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ قُوٓا۟ أَنفُسَكُمۡ وَأَهۡلِيكُمۡ نَارً۬ا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلۡحِجَارَةُ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (QS. At-Tahrim: 6)

Santri diajarkan berbagai ilmu agama, seperti Al-Quran, Hadist, Fiqh, dan Ushuluddin. Ilmu-ilmu ini menjadi landasan bagi santri untuk memahami Islam secara komprehensif dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

  1. Pembinaan Akhlak

Di pesantren, santri dibiasakan dengan berbagai kebiasaan baik, seperti beribadah dengan khusyuk, menjaga sopan santun, dan selalu berbuat baik kepada sesama. Kebiasaan-kebiasaan ini membantu santri untuk menumbuhkan akhlak mulia dalam diri mereka. Dalil untuk pembinaan akhlak dapat ditemukan dalam hadits Imam Tirmidzi yaitu:

مَا مِنْ شَيْءٍ يُوضَعُ فِي الْمِيزَانِ أَثْقَلُ مِنْ حُسْنِ الْخُلُقِ

Artinya: “Tidak ada sesuatu yang diletakkan pada timbangan (perhitungan amal perbuatan) yang lebih berat daripada akhlak yang baik.” (HR. Tirmidzi)

3. Kehidupan Komunitas yang Islami

Di pesantren, santri hidup dalam komunitas yang Islami, di mana mereka saling membantu dan memotivasi untuk meningkatkan ibadah dan ketaqwaan. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-Quran surat Al-Ma’idah ayat 2:

وَتَعَاوَنُوا۟ عَلَى ٱلۡبِرِّ وَٱلتَّقۡوَىٰ‌ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا۟ عَلَى ٱلۡإِثۡمِ وَٱلۡعُدۡوَٰنِۚ

Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran (hukum Allah).” (QS. Al-Ma’idah: 2)

Santri hidup bersama dalam komunitas pesantren yang saling mendukung dan mengingatkan. Hal ini membantu santri untuk belajar hidup bermasyarakat dan membangun hubungan yang positif dengan orang lain.

  1. Membentuk Karakter Santri di Luar Pesantren

Setelah selesai belajar di pesantren, santri diharapkan dapat terus menjaga dan mengembangkan karakter mulia yang telah mereka peroleh. Hal ini dapat dilakukan dengan:

  • Mengamalkan ilmu agama: Santri harus terus belajar dan mengamalkan ilmu agama yang telah mereka pelajari di pesantren. Hal ini dapat dilakukan dengan membaca Al-Quran, menghadiri pengajian, dan mempraktikkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Dalil tentang mengamalkan ilmu agama disebutkan dalam hadits Imam Bukhori:

Rasulullah Muhammad SAW bersabda:

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ

Artinya: “Sebaik-baik di antara kamu adalah orang yang mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)

  • Menjaga akhlak mulia: Santri harus selalu menjaga akhlak mulia yang telah mereka pelajari di pesantren. Hal ini dapat dilakukan dengan bersikap sopan santun, selalu berbuat baik kepada sesama, dan menghindari perbuatan tercela.
  • Berpartisipasi dalam masyarakat: Santri harus aktif dalam kegiatan sosial dan kemasyarakatan. Hal ini dapat dilakukan dengan menjadi relawan, mengikuti organisasi sosial, atau mendirikan usaha sendiri untuk membantu masyarakat.

Membentuk karakter mulia merupakan proses yang berkelanjutan dan membutuhkan komitmen yang kuat. Santri harus dididik dengan baik di lingkungan pesantren dan di luar pesantren agar mereka dapat menjadi pribadi yang berakhlak mulia dan siap menjadi agen perubahan di masyarakat.