ilustrasi ulama Ma’ruf Al-Kharkhi
ilustrasi ulama Ma’ruf Al-Kharkhi

Baghdad, Ibu Kota Irak telah menjadi tempat berkumpulnya para intelektual dan cendekiawan sejak dulu. Apalagi Baghdad pernah menjadi pusat pemerintahan dinasti Abbasyiah. Yang dimulai pada tahun 762 M sebagai tonggak awal kekalahan politik dinasti Umayyah yang sebelumnya berpusat di Damaskus. Banyak tokoh yang lahir, besar, dan wafat di Baghdad, serta daerah Irak lainnya seperti Karbala, Najaf, Basrah, dan Samarra.

Beberapa ulama yang wafat di Irak, seperti Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani seorang tokoh sufi besar umat Islam, Imam Hanafi salah seorang dari empat imam mazhab fikih, Sayyidina Hussein cucu baginda Nabi Muhammad yang berada di Karbala, Junaid Al-Baghdadi seorang tokoh sufi pegangan Ahlusunnah Waljamaah, kemudian Hasan Al-Bashri yang wafat di Basrah. Tak hanya ahli ilmu keislaman, beberapa ilmuwan juga berkembang di tanah Irak, seperti ahli matematika Al-Khawarizmi, Jaber ibn Hayyan sang ahli kimia, bapak ilmu optik Ibnu Al-Haytam, Al-Kindi yang ahli di bidang filsafat.

Salah satu yang mungkin jarang diperdengarkan namanya, yakni Syaikh Ma’ruf Ak-Kharkhi. Ma’ruf Al-Kharkhi dianggap salah satu tokoh sufi yang memiliki nama asli Ma’ruf. Orang lain memanggilnya dengan sebutan Abu Mahfudz, Abu Al-Hasan. Nama ayahnya adalah Al-Fairuzan. Beliau lahir di Baghdad, Irak tepatnya pada 750 M yang bertepatan dengan dimulainya kekuasaan dinasti Abbasyiah. Ia meninggal di Baghdad pada tahun 815 M.[1]

Kedua orang tua Ma’ruf merupakan seorang yang beragama Nashrani. Diceritakan dalam Siyar A’lam al-Nubala bahwa Ma’ruf kecil dititipkan oleh kedua orang tuanya kepada seorang guru Nasrani. Guru tersebut meminta Ma’ruf mengucapkan Tsalitsi Tsalasah (trinitas). Tapi ia malah mengatakan Ahadun Ahad. Karena hal itu ia dipukul oleh gurunya, dan ia akhirnya pergi. Ayahnya berkata padanya bahwa agama apa pun yang dianut Ma’ruf akan diikuti.

Kemudian Ma’ruf berislam di hadapan Ali ibn Musa Al-Ridha. Lalu ia pulang ke rumahnya sambil mengetuk pintu. Bapaknya bertanya, “Siapa?” Jawabnya, “Ma’ruf.” Ayahnya bertanya lagi, “Kamu beragama apa?” “Aku memilih agama yang murni.” Jawab Ma’ruf. Hingga kemudian mereka sekeluarga masuk Islam. Selain itu, diriwayatkan Ya’kub (keponakannya) bahwa Ma’ruf memegang akidah ‘Al-Quran bukan makhluk’.

Majalah Tebuireng

Tokoh-tokoh yang Sowan

Tercatat beberapa tokoh terkenal sowan kepada Ma’ruf Al-Kharkhi, seperti Ahmad ibn Hambal, Bisyr ibn Al-Harits, Yahya ibn Ma’in, dan beberapa orang saleh lainnya. Diceritakan bahwa Ahmad ibn Hambal dan Yahya ibn Ma’in pernah sowan kepada Ma’ruf Al-Kahrkhi. Saat berhadapan dengan Ma’ruf, Yahya ibn Ma’in bertanya tentang mengapa ada syariat sujud sahwi? Jawaban Ma’ruf Al-Kharkhi “Itu adalah hukuman karena lupa. Lupa di situ karena kehendak diri sendiri.”

Beberapa orang juga bersaksi atas kebaikan hatinya. Seperti yang disebutkan Hasan ibn Ali Al-Wassya’ bahwa suatu saat ia bersama Ma’ruf Al-Kharkhi. Ia meyiapkan menu berbuka dengan roti dan sepotong daging besar. Tiba-tiba ada seorang yang meminta, sepotong roti tersebut dibagi dua oleh Ma’ruf. Separuh dimakan dan separuh lainnya diberikan.

Kata-kata Mutiara Ma’ruf Al-Kharkhi

Inilah beberapa kata mutiara yang dikutip oleh orang-orang di sekitar Ma’ruf Al-Kharkhi:

معروفاً الكرخي ، يقول :الدنيا أربعة أشياء: المال، والكلام، والمنام، والطعام. فالمال يُطغي، والكلام يلهي، والمنام ينسي، والطعام يُفسي

Al-Karkhi, mengatakan: “Dunia terdiri dari empat hal: uang, kata-kata, tidur, dan makan. Uang dapat melampaui batas, kata-kata dapat mengalihkan perhatian, tidur membuat kita lupa, dan makanan membuat hati keras.”

قلوب الطاهرين تشرح بالتقوى ، وتزهر بالبر ، وقلوب الفجار تظلم بالفجور ، وتعمى بسوء النية

“Hati orang yang suci itu disinari dengan ketakwaan, semerbak dengan kebajikan, sementara hati orang buruk itu ditutup dengan keburukan, dan dibutakan oleh buruknya niat.”

أي شيء تريد مني الذنوب  # شغفت بي فليس عني تغيب

ما يضر الذنوب لو أعتقتني # رحمة بي فقد علاني المشيب

Apa yang engkau harapkan dariku, sementara aku bersanding dengan dosa-dosa, dan aku tak bisa mengelaknya

Namun, dosa-dosa itu tak berdampak, jika rahmat Allah ditumpahkan padaku, aku ini sudah beruban.

Ma’ruf Al-Kharkhi wafat pada tahun 200 H, ada yang mengatakan 201 H atau 204 H. Namun yang lebih mendekati kebenaran sejarah adalah 200 H. Lima tahun sebelumnya, Abu Nuwas telah mendahului Ma’ruf Al-Kharkhi.

Baca Juga: Mengenal Ilmuan Ibnu al-Haytham


[1] Abdurrahman ibn Ali ibn Al-Jauzi, Manaqib Ma’ruf Al-Kharkhi wa Akhbarihi (Dar Al-Kitab Al-’Arabi, t.t.).


Ditulis oleh Yuniar Indra, mahasantri M2 Ma’had Aly Hasyim Asy’ari