Oleh: Devi*

Manusia adalah makhluk yang tidak pernah puas. Setiap dari kita akan selalu memandang dan menginginkan hal yang lebih dari apa yang kita miliki. Misalnya saja seorang yang ingin punya sepeda. Ketika ia telah memiliki sepeda terseut maka ia ingin membeli sepeda motor. Ketika sepeda motor sudah ada di tangannya, ia ingin membeli mobil. Begitu memiliki mobil, ia akan mendambakan pesawat terbang. Begitulah seterusnya. Kita tidak merasa puas dan cukup atas apa yang telah kita miliki.

Dalam medsos pun sering kita temui postingan orang-orang kaya yang seakan saling berlomba untuk menunjukkan kekayaan mereka. Bukannya membuat kita termotivasi untuk bekerja, postingan-postingan tersebut justru terkadang membuat kita berpikir bahwa hidup ini tidak adil. Ujung-ujungnya kita hanya akan mengutuk kehidupan kita yang tak seberuntung mereka. Padahal di sisi dunia yang tak terlihat, masih banyak saudara kita yang lebih kurang beruntung dibanding diri kita namun mereka tetap menikmati hidupnya.

Misalnya saja saudara muslim kita yang berada di Palestina. Mereka hidup berdampingan dengan perang dan bom di mana-mana. Mereka tidak selalu berkecukupan setiap hari. Ada kalanya mereka tidak makan karena jika mereka keluar, nyawalah yang jadi taruhannya. Namun mereka tetap tenang, mereka tidak tertarik atas gemerlap dunia. Lantas apa yang membedakan mereka dengan diri kita yang tamak ini. Kuncinya ialah bersyukur dalam keadaan apapun.

Bersyukur sendiri ialah ketika kita bisa menerima dengan lapang hati apapun yang telah menjadi takdir kita. Dengan kata lain, bersyukur ialah merasa cukup dengan apa yang kita miliki. Dalam Al Quran Allah berfirman:

Majalah Tebuireng

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

Artinya: Dan (ingatlah) tatkala Tuhanmu memberitahukan ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih. (Q.S Ibrahim : 7)

Hakikat syukur menurut Prof. Dr. Quraish Shihab ialah “menerima yang sedikit dan menganggapnya banyak. Serta memberi yang banyak dan menganggapnya sedikit.” Apapun yang diberikan kepada kita, baik itu banyak atau sedikit, tetap akan terasa banyak dan cukup tatkala kita mau mensyukuri hal tersebut. “Tidak ada nikmat yang kurang, yang ada hanyalah syukur yang kurang. Jika kamu menginginkan yang lebih, maka bersyukurlah lebih”, petuah dari Habib Jindan bin Novel bin Salim Jindan.

Bukankah bisa makan enak dan tidur nyenyak dalam satu hari juga merupakan hal yang patut disyukuri mengingat banyak perang lain di luar sana yang kesusahan untuk sekedar makan nasi dan kesulitan mencari tempat tingga yang nyaman.

Rasa syukur juga perlu untuk selalu dilatih. Beberapa caranya ialah dengan selalu memandang orang-orang yang kurang beruntung dibanding diri kita sehingga bisa menimbulkan rasa tersebut. Yang kedua ialah dengan memperbanyak doa berikut:

اَللَّهُمَّ اِكْفِنَا بِحَلَالِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَبِطَاعَتِكَ عَنْ مَعْصِيَتِكَ وَبِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ وَصَلَّى الله ُعَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ

Artinya : Ya Allah cukupilah kami dengan yang halal, sehingga kami tidak menyentuh yang haram, dengan ketaatan kepada-Mu, sehingga kami tidak mendekati kedurhakaan dan dengan anugerah-Mu, sehingga kami tidak menoleh kepada selain-Mu. Washallallaahu ‘ala sayyidina Muhammadin wa ‘ala aalihi wa shahbihi wa sallam.


*Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari