Pustaka Tebuireng

Judul Buku               : Mada (Sebuah Nama Yang Terbalik)

Pengarang                : Abdullah Wong

Penerbit                    : Pustaka Tebuireng

Tahun Terbit              : 2017

Tebal Buku                : 317

Majalah Tebuireng

Peresensi                 : Fitrianti Mariam Hakim*


“Ia dipanggil Mada

Ahmada Musthofa nama lengkapnya

Mada adalah nama istimewa untuknya

Meski bagi yang lain terdengar biasa

Karena meskipun sebuah nama diyakini istimewa,

tetap saja ia sebuah nama

Betapa hebatnya sebuah nama

ia tak kan pernah menjelaskan hakikat dari yang diberi nama,”

Sepenggal naskah yang kerap kali di ulang di setiap chapternya.

Ia adalah Mada, Ahmada Musthofa namanya. Tokoh utama dalam cerita.  Mada adalah anak yang ceria. Keceriaan Mada tidak jauh dengan keriangan anak-anak di Desa. Karena ia selalu bercanda dengan ke-5 teman kelompoknya. Mereka adalah Diwan Maulana, Ihsan Burhani, Affwah Aulida, Angelica Zaffara, dan Bima Arya Dewa. Ada juga Nia, teman barunya di sekolah.

Dalam kehidupannya, Mada digambar sebagai anak yang berbakti kepada kedua orangtuanya. Penyajian naratif mengenai pola hidup dan berkehidupan oleh Abdullah Wong membuat pembaca secara tidak langsung merasa hidup dan meneladani peran penting konstruksi orang tua terhadap anak di masa kecilnya. Banyak kesempatan bagi Mada untuk mendengarkan cerita-cerita dari orang tuanya. Ini dimaksudkan agar Mada bisa mengambil hikmah dari cerita tersebut dan untuk membentuk kepribadian.

Novel ini, menyuguhkan sebuah kisah menarik yang sangat disenangi oleh Mada dan kawan-kawannya. Ia adalah kisah Gunadarma. Gunadarma adalah tokoh hebat, pemberani, jujur, rendah hati, dan sabar. Gunadarma tidak pernah mengeluh dengan nasib malangnya. Karena usia Gunadarma tidak jauh beda dengan Mada dan kawan-kawannya, maka mereka mudah terlarut dalam peran ceritaya. Hingga pada akhirnya, mereka berpetualang mencari buku Gunadarma untuk mengetahui akhir kisah menarik tersebut.

Akankah Gunadarma tersesat dan hilang di hutan atau sebaliknya? Akankah Gunadarma bertemu dengan kakek sekaligus guru besarnya Mbah Linglung? Akankah ia berhasil mengenal alam? Semua itu akan kalian temukan dengan membaca novel ini hingga akhir. Karena Mada dan kawan-kawannya melakukan petualangan yang ekstrem untuk bisa mendapatkan akhir cerita tersebut.

Dibalik kisah Mada, novel ini memiliki makna tersurat yang sangat hebat didalamnya. Banyak nilai-nilai moral yang terkandung. Nilai kejujuran, toleransi, nasionalisme, sabar, rajin, berani, beribadah, mandiri, tolong menolong dan sebagainya mampu menyadarkan masyarakat yang mengalami krisis moralitas.

Dengan keindahan kisah dan beberapa syair yang dibangun oleh Abdullah Wong, mampu menghipnotis pembaca berksplorasi tentang makna kehidupan dan mampu memberikan pemahaman yang baik terhadap karakter manusia. Ini dikarenakan sudut pandang dari berbagai elemen sebagai pusat pencitraan sebagaimana identitas Mada dan kawan-kawannya.

Mada (Sebuah Nama Yang Terbalik). Sebuah novel dengan judul yang misterius. Sangat enak untuk dibaca. Pembaca akan seringkali dikejutkan dengan sebuah prosa lirik dengan bahasa yang mengalir namun sulit untuk dipahami. Karena membutuhkan renungan-renungan mendalam tentang kehidupan.

Di akhir ceritanya, Mada lulus Sekolah Dasar dengan nilai istimewa. Perjuangan yang tidak mudah dan perjalan yang tidak singkat, Mada lalui tidak lepas dengan beribadah dan restu orang tua. Hingga Ayah Mada merangkul dan memeluk Mada penuh cinta.


*Peresensi adalah mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang.