Sumber: Pewarta

Tebuireng.online- Sabtu (27/11/18) Mahasiswa PGMI (Pendidikan Guru MI) semester 3 Universitas Hasyim Asy’ari (Unhasy) antusias mempelajari dan membuat batik. Menyadari warisan nusantara untuk selalu dikembangkan dan dilestarikan, mahasiswa PGMI semester 3 Unhasy mendatangkan dosen tamu dari alumni PGMI Unhasy tahun 2015 yaitu Daniar Arhara, S.Pd.I yang kini sudah menjadi pendidik di satu lembaga Madrasah Ibtidaiyyah (MI). Daniar Arhara, S.Pd.I biasanya membuat Batik Jumputan.

Kegiatan membatik dimulai sekitar jam 08.00, diawali dengan perkenalan dan pemberian materi mengenai batik jumputan dengan teknik celup ikat kepada mahasiswa PGMI Unhasy selama sekitar 20 menit untuk mengetahui alat, bahan, juga mengenati batik sendiri.  

Dari pemaparan materi yang disampaikan oleh Daniar Arhara, S.Pd.I, berikut data alat dan bahan yang digunakan; Kompor, panci, kaleng bekas, karet ban, karet pentil, batu, bola pingpong, gunting, pecahan genting. Sedangkan bahan yang dibutuhkan: Kain mori jenis prima, pewarna wenter, dan garam kasar. Cara membuat batik jumputan dimulai dengan menyiapkan air untuk direbus dan juga kaleng-kaleng untuk di isi pewarna. Sembari menunggu air mendidih, siapkan kain batik seukuran taplak meja.

“Taplak meja dipilih karena sederhana dan teman-teman masih proses awal belajar,” ujar Daniar Arhara, S.Pd.I. Setelah itu membuat motif dengan cara melipat lipat kain batik sesuai dengan motif yang kita inginkan, lalu mengikat lipatan-lipatan tersebut dengan karet ban.

“Karet ban ini berfungsi untuk menahan agar nanti pada proses pencelupan warna tidak saling bertabrakan. Dan pemilihan karet ban sendiri ini karena ia lebih kuat menahan warna bila di bandingkan dengan rafia atau tali lainnya. Untuk yang lebih kecil bisa menggunakan pentil ban sepeda itu juga bisa,” imbuhnya.

Majalah Tebuireng

Setelah air mendidih lalu masukkan garam sekitar kurang lebih setengah kilogram. Garam berfungsi untuk mengikat pewarna batik sendiri agar warna nya semakin pekat. Setelah air mendidih kita masukkan garam, aduk kemudian masukkan dalam kaleng-kaleng pewarna sekitar 5-7 gelas per kaleng dan aduk terlebih dahulu. Kaleng pewarna sudah siap dan kain batik bermotif yang sudah di ikat dengan karet tadi di masukkan atau di celupkan dalam pewarna.

“Proses pencelupan ini memakan waktu sekitar 15-20 menit. Apabila menginginkan warna yang lebih pekat di butuhkan sekitar 20 menit, semakin lama semakin pekat. Apabila menginginkan warna yang lebih pekat lagi ketika proses pencelupan usahakan kaleng pewarna tadi sambil di didihkan, jadi agar suhunya tetap panas. Semakin dingin suhunya maka warna akan sulit menempel pada kain. Jadi dalam proses pencelupan ini sangat di butuhkan ketelatenan dan kesabaran,” terang beliau.

Ikatan-ikatan kain batik yang sudah dicelupkan ke dalam kaleng pewarna sesuai dengan waktunya bisa langsung di masukkan ke dalam air dingin untuk proses pembilasan. Setelah itu ikatan-ikatan tersebut bisa dibuka, dan motif-motif yang diinginkan akan terlihat lalu kain batik bisa di keringkan. “Mengeringkan kain batik ini tidak boleh dibawah terik matahari langsung karena nanti akan berpengaruh pada hasil warnanya. Apabila di jemur di bawah terik maahari secara langsung maka warna nya akan cepat pudar. Jadi cukup di angin-anginkan saja,” imbuhnya.  

“Saya sangat bangga dan senang mendapat kesempatan untuk bisa berkumpul dan berbagi pengalaman dengan teman-teman PGMI Unhasy. Berbagi pengalaman membatik kepada teman-teman PGMI ini sama seperti saya berbagi dengan adik-adik saya sendiri, karena saya juga alumni PGMI Unhasy. Saya harapkan teman-teman PGMI Unhasy ini lebih semangat untuk belajar dan mengembangkan potensinya karena keterampilan, kreativitas, dan inovasi ialah bekal dasar bagi pendidik MI. Dan tak lupa kita sebagai warga Negara Indonesia harus mencintai dan melestarikan batik sebagai ciri khas kita, khususnya kalangan mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa,” ungkap beliau, yang menggeluti batik jumputan sejak kurang lebih 2 tahunan.

Pewarta: Zulia/Rabiah

Publisher: MSA