Pesantren Tebuireng menerima kunjungan dari Miami Dade College Amerika Serikat pada Sabtu (03/06/2017). (Foto: M. Masnun).

Tebuireng.online— Berkembangnya isu-isu toleransi antaragama dan multikulturalisme mendorong tidak sedikit institusi untuk terjun langsung mempelajarinya ke lapangan. Pesantren Tebuireng menjadi daya tarik tersendiri bagi mereka yang ingin melihat bagaimana toleransi dan harmoni di Indonesia yang berpopulasi mayoritas muslim.

Setelah kunjungan dari The King’s College New York, Pesantren Tebuireng kembali menerima tamu dari Miami Dade College Amerika Serikat untuk mengenal lebih dalam komunikasi dan hubungan multikulturalisme pada Sabtu (03/06/17).

Pesantren Tebuireng sejak awal telah membuka ruang komunikasi dan kebersamaan tanpa membeda-bedakan agama. Drs. H. Muhsin KS., M.Ag mengatakan, dalam bermasyarakat Pesantren Tebuireng mengimplementasikan secara nyata arti toleransi dalam keberagaman. Nilai-nilai tersebut telah ditanamkan dan dijadikan sebagai nilai dalam pendidikannya.

“Waktu kita masih belajar di sini, ada istilah anti-Cina. Tapi Tebuireng menyerukan, menyampaikan kepada mereka-mereka siapa saja yang tidak aman di Surabaya atau di Jombang, silakan datang ke Tebuireng. Kami lindungi,” ujar Wakil Rektor Bidang II Universitas Hasyim Asy’ari (Unhasy) tersebut.

Permasalahan yang terjadi dalam kesalahpahaman antar beragama, menurutnya, adalah tidak adanya interaksi sosial secara langsung. Masyarakat hanya melihat keadaan dari apa yang disebarkan oleh media.

Majalah Tebuireng

Salah satu mahasiswa Miami Dade College, di Amerika Serikat sedang dalam perang antara media dan pemerintah. Kebanyakan masyarakat menggunakan media sebagai jejaring sosial untuk memahami kehidupan dan keseluruhan dunia. Ia menyayangkan hal itu digunakan untuk membujuk orang-orang, sehingga baginya media tidak dapat menjadi representasi Islam.

“Sehingga kami ingin datang langsung ke Indonesia untuk belajar dan berharap dapat membagikan pengalamannya tidak hanya kepada keluarga namun juga teman dan masyarakat,” ungkapnya.

Tidak hanya tertarik mempelajari bagaimana Pesantren Tebuireng menjunjung toleransi antaragama, tamu rombongan tersebut juga tertarik mengetahui kesetaraan gender di Tebuireng.

“Di sini tidak menilai berdasarkan gender namun lebih pada kemampuan. Bahkan SMA Trensains Tebuireng lebih banyak murid perempuan daripada laki-laki,” jelas Sekretaris Utama Pesantren Tebuireng, Ir. H. Abdul Ghofar.

Usai berdiskusi di lantai 2 Gedung KH. M. Yusuf Hasyim, tamu dari Miami Dade College berziarah ke makam KH. M. Hasyim Asy’ari dan para masyayikh Tebuireng. Mereka juga mengagumi sistem pengadaan kotak amal di sepanjang lorong Makam Gus Dur yang tidak ditemukan di Amerika Serikat.


Pewarta:    Farha Kamalia

Editor:       M. Abror Rosyidin

Publisher:  M. Abror Rosyidin