Sambutan Kepala Subdirektorat Pendidikan Diniyah dan Ma’had ‘Aly, Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Dr. H. Ahmad Zayadi melakukan kunjungan ke Pesantren Tebuireng, Kamis (07/04/17). (Foto : Masnun)

Tebuireng.online- Kepala Subdirektorat Pendidikan Diniyah dan Ma’had ‘Aly, Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Dr. H. Ahmad Zayadi melakukan kunjungan ke Pesantren Tebuireng, Kamis (07/04/17). Tujuan utama dalam kunjungan tersebut adalah silaturahmi kepada Pengasuh Pesantren Tebuireng. Setelah bertemu dengan pengasuh, H. Ahmad Zayadi memberikan sambutannya kepada Mahasantri Ma’had ‘Aly Hasyim Asy’ari di Aula Bachir Ahmad Gedung Yusuf Hasyim lantai 3.

Dalam sambutannya, H. Ahmad Zayadi menjelaskan bahwa Ma’had ‘Aly yang ada di Indonesia mempunyai distingsi keilmuan. Walaupun beberapa jurusan di Ma’had ‘Aly sama-sama Fiqih, tetapi di dalamnya terdapat spesifikasi yang berbeda. Program Studi Fiqih-Ushul Fiqih di Ma’had ‘Aly Cirebon lebih mengarah ke Maqasid Syar’i. Sedangkan Ma’had ‘Aly di Jambi Program Studi Fiqih-Ushul Fiqih itu kajian Nusus. Dan Ma’had ‘Aly yang di Padang Program Studi Fiqih konsentrasi Qowaid.

“Itu menghasilkan spesifikasi bidang keahlian yang lebih tafsili sifatnya. Karena masing-masing bisa menunjukkan identitas kelembagaan. Jadi kalau disebutkan ma al farqu baina itu jelas. Cita rasanya berbeda, ini hebatnya Ma’had ‘Aly,” ungkap H. Zayadi.

Ma’had ‘Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng merupakan satu-satunya Ma’had ‘Aly yang mempunyai jurusan Hadis dan Ilmu Hadis. Alasan tentang pemberian jurusan Hadis di Ma’had ‘Aly Tebuireng adalah adanya sejarah besar. Sanad-sanad Hadis yang ada di Pesantren Tebuireng adalah musalsal dan tidak ada yang munqoti’.

H. Zayadi mengatakan, “Tahun ini Kementerian Agama membuka beasiswa santri internasional”. Hal ini bertujuan untuk tukar budaya dan proses mengkondisikan. Semakin sering berinteraksi dengan negara-negara yang lain, maka kesadaran menjadi warga dunia menjadi tumbuh. Kemudian beliau menjelaskan sejarah bahwa Menteri Pendidikan Malaysia tahun 60-80an mengirimkan peserta didiknya ke pesantren Indonesia dan saat pulang mereka mampu berdakwah dengan santun, ramah, kultur melayu. Dan hasilnya bisa diterima di masyarakat Malaysia,” jelasnya pada seluruh peserta forum.

Majalah Tebuireng

Selain itu, H. Zayadi melanjutkan, “Kemudian di akhir tahun 2010an, peserta didik dari Malaysia belajar ke Timur Tengah, Arab Saudi, dan segala macam tempat lainnya. Namun hasil yang didapatkan berbeda dengan yang ada di Indonesia. Itu sebabnya mereka akan kembali mengulangi tradisi 60-80an. Tetapi catatannya satu, andai pun mereka mengirimkan kader-kader Ma’had Malaysia, mereka akan memasukkan ke pesantren dan yang diharapkan bukan ijazah dari UIN, STAIN, IAIN, yang akan dibawa mereka ke Malaysia. Tetapi mereka membawa ijazah pesantren yang terlegalisasi, yang diakui. Itu sebabnya saya kira Ma’had ‘Aly menjadi opsi di situ,” ungkap H. Zayadi.

Beruntunglah Pesantren Tebuireng mempunyai Ma’had ‘Aly, Mualimin, dan diniyah formal. Tujuan dari melembagakan Ma’had ‘Aly dan Mualimin adalah melembagakan tradisi akademik tafaqquh fi din. Tetap menjadikan nilai pesantren berkembang sebagaimana mestinya tanpa ada perubahan. Kementerian Agama berani memberikan ijazah kepada pendidikan Mualimin dan Ma’had ‘Aly atas best track sekalipun standar yang ada diatur oleh masing-masing Pesantren. “Ketika kita kemudian bicara Ma’had ‘Aly, kita bangga, karena saya kira Ma’had ‘Aly ini adalah lembaga paling autentik yang dimiliki bangsa ini,” tutur Kepala Subdirektorat Pendidikan Diniyah dan Ma’had ‘Aly ini.


Pewarta : Muhammad Masnun

Editor : Munawara, MS

Publisher : Munawara