H. Agus Purwanto atau Gus Pur menyampaikan tausyiah pada acara Haflatul Muwadda’ah kelas XII SMA Trensains Tebuireng pada Kamis (03/05/2018). (Foto: Dok. SMA Trensains)

Tebuireng.online—Para santri yang telah berproses dalam bangku pendidikan sekolah akan terlihat hasilnya saat di bangku perkuliahan. Untuk itu,  pesantren dan sekolah tertentu harus mempunyai ciri khas yang menjadi unggulan yang bisa dijadikan bekal bagi santri-santrinya, seperti apa yang dicanangkan SMA Trensains Tebuireng.

SMA Trensains Tebuireng memberikan bekal kepada para santrinya dengan ilmu-ilmu alam, ilmu-ilmu kehidupan, dan ilmu ketrensainsan (dialegtika agama-sains, islamisasi sains, dan filosofis) sebagai bekal menuju jenjang perkuliahan.

”Kesaktian dalam proses pendidikan akan terlihat di kampus. Bagi santri Trensains, para calon mahasiswa yang beda dari calon mahasiswa lain karena dalam menempuh sekolah telah diuji, dibekali ilmu-ilmu alam, ilmu-ilmu kehidupan, dan ilmu ketrensainsan seperti dialegtika agama-sains, islamisasi sains, filosofis, dan lain-lain,” ungkap penggagas konsep pesantren sains, H. Agus Purwanto atau Gus Pur saat acara Haflatul Muwadda’ah santri kelas XII SMA Trensains pada Kamis (03/05/2018).

Gus Pur mejelaskan bahwa Trensains membekali generasi muda masa kini yang disebut-sebut sebagai generasi milenial dan penerus peradaban bangsa dengan nilai-nilai luhur. Peradaban yang terlihat dalam masyarakat modern kini merupakan  kumpulan dari nilai, cita, perilaku, dan materi.

“Nilai bagi masyarakat modern ialah materialisme, menolak konsep jiwa dalam pandangang Islam, nilai ialah tauhid, rukun Islam, dan iman. Sedangkan Cita yang merupakan hasil ilmu pengetahuan tidak lagi netral karena hubungan manusia hanya bersumber ilmu jiwa saja yang melakukan hubungan karena rasa suka dan rela melakukan apapun demi mendapat kekuasaan,” tambahnya.

Majalah Tebuireng

Gus Pur juga menerangkan, perilaku dan materi merupakan  produk yang terbentuk atas dasar ilmu pengetahuan, karena manusia tergerak oleh ego seksual untuk menarik interaksi. Hal itu menurutnya, menuntut produsen untuk memproduksi barang sesuai keinginan mereka, misalnya, celana jeans yang sudah marak dijadikan style para remaja saat ini.

Untuk itu, rendahnya pendidikan para pemuda saat ini, lanjut Gus Pur, perlu untuk dibenahi dan dibekali ilmu pengetahuan yang cukup. “Generasi saat inilah yang  akan mengubah Indonesia lebih baik. Indonesia menunggumu,” pungkas dosen fisika teoritik Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya itu kepada seluruh santri.

Haflatul Muwadda’ah ini merupakan agenda perpisahan untuk kelas XII yang akan melanjutkan pengelanaan ilmu di berbagai tempat. Tahun ini SMA Trensains meluluskan 85 santri dengan rincian 32 putra dan sisanya merupakan santri putri.


Pewarta:            Nadia Salma

Editor/Publisher: M. Abror Rosyidin