Delegasi Tebuireng Media Group bersama Athoillah, pengelola Pojok Gus di Gedung PBNU lantai 1 Kamis (03/12/2015).

tebuireng.online—Selepas mengikuti kegiatan Penyegaran Kemampuan Berbahasa Indonesia untuk Wartawan di Hotel Park, Cawang, Jakarta Timur, para delegasi Tebuireng Media Group (Pustaka, Majalah, Website) Unit Penerbitan Pesantren Tebuireng mengunjungi kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Jl. Kramat Raya No. 164, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10430 Kamis (03/12/2015).

Selain menghabiskan “aji mumpung” di Jakarta, kunjungan tersebut juga bertujuan untuk takziyah atas wafatnya Waketum PBNU, KH. Slamet Effendi Yusuf pada Rabu malam (02/12/2015) sekitar pukul 23.00 WIB di Bandung. Saat delegasi datang, kantor PBNU terlihat lengang. Menurut kabar, para petinggi PBNU dan beberapa staf melayat ke rumah duka di Purwokerto, Jawa Tengah, sehingga tidak bisa bertemu.

Delegasi terdiri dari Pemred Tebuireng Online M. A. Rosyidin, Editor Majalah Tebuireng Septian Pribadi, Mantan Pemred Majalah Tebuireng Priyo Zada dan Mantan Staf Redaksi Tebuireng Media Group Fathurohman Karyadi.

Walaupun gagal bertemu petinggi PBNU, delegasi sempat mengunjungi markaz Pojok Gus Dur dan Kantor Redaksi NU Online. Di Pojok Gus Dur, mereka disambut hangat oleh pengelola markaz pemerliharaan dan pendayagunaan aset-aset Gus Dur tersebut, Athoillah. Alumnus Pesantren Lirboyo dan Pesantren Ciganjur tersebut menceritakan prihal asal usul berdirinya Pojok Gus Dur dan perbedaannya dengan Gusdurian.

Menurut penuturannya pojok Gus Dur didirikan pada Agustus 2011, 1,5 tahun setelah Gus Dur wafat pada akhir Desember 2009. Pojok Gus Dur menyimpan foto-foto kenangan Gus Dur, karya-karya, penghargaan, hingga menjaga tempat peristirahatan Gus Dur yang dibangun sejak beliau menjadi presiden. “Wah saya bukan direktur, saya ini kuncen,” kata Athoillah ketika ditanya soal jabatan mengelola Pojok Gus Dur.

Majalah Tebuireng

Mengenai perbedaan Pojok Gus Dur dan Gusdurian, terletak pada wilayah kerja. Pojok Gus Dur memiliki tugas memelihara aset-aset peninggalan dan pengembangan pemikiran cemerlang Gus Dur, sedangkan Gusdurian bekerja di wilayah penguatan jaringan dan pengembangan pemikiran Gus Dur di daerah-daerah. Kantor ini, biasanya selain dipakai untuk mengkaji pemikiran Gus Dur, juga mengkaji keilmuan lainnya, termasuk mengkaji kitab-kitab yang biasa dikaji di pesantren, seperti Fathul Mu’in yang rutin dilaksanakna setiap bulan.

Setalah kunjungan ke Pojok Gus Dur, delegasi melanjutkan silaturahmi ke Kantor NU Online. Di sana mereka disambut wartawan NU Online, Alhafidz Kurniawan. Menemukan toko NU Online yang masih buka, mereka langsung memburu beberapa cinderamata khas NU yang tak ditemukan di Jombang. Delegasi mengakhiri kunjungan dengan mengikuti pembacaan Yasin dan Tahlil untuk Almarhum KH. Slamet Effendi Yusuf di Masjid al-Nahdlah Kantor PBNU, setelah shalat maghrib. Sebelum pulang ke Jombang, mereka juga sempat mengikuti diskusi rutinan pemikiran Gus Dur di The Wahid Institute Jalan Taman Amir Hamzah No. 8 Jakarta 10320. (abror)