sumber gambar: islam.nu.or.id

Oleh: Mega dan Afifah*

Qasidah Imam al Bushiri ditulis saat beliau sedang sakit lumpuh, sehingga tidak mampu bangun dari tempat tidurnya. Saat itulah kemudian beliau membuat syair-syair yang berisi pujian kepada Rasulullah, dengan maksud untuk memohon syafaatnya.

Burdah yang tema utamanya merujuk kepada jubbah yang dipakai oleh Rasulullah, yang kemudian diberikan kepada Ka’ab bin Zuhair bin Abi Salma. Penyair yang banyak menulis syair kepada nabi.

Pada suatu malam, Imam al-Bushiri bermimpi bertemu Rasulullah dan melantunkan syair-syair tersebut. Dalam mimpinya tersebut, baginda Nabi bergembira dan menyukai qasidah tersebut. Saat itu, mengusap wajah Imam al-Bushiri dan menyentuh bagian tubuhnya yang lumpuh, kemudian menyelimutkan burdah ke tubuh Imam Al-Busyiri.[1]

Setelah Imam al-Bushiri bangun, seketika itu pula ia sembuh dari sakitnya. Karya Munomental Imam al-Bushiri yang berisi 160 bait tersebut diantaranya memuat tentang Isra’ dan mi’raj:

Majalah Tebuireng

الفصل السابع في اسرائه ومعراجه عليه الصلاة والسلام

Fashal ketujuh: Tentang Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhamad SAW.

يَا خَيْرَ مَنْ يَمَّمَ العَافُوْنَ سَاحَتُهُ   –  سَعْيًا وَفَوْقَ مُتُوْنِ الأَنْيُقِ الرُّسُمِ

Wahai sebaik-baik manusia, para pencari kebaikan menuju kediamannya. – Dengan berjalan kaki atau unta yang berlari cepat

وَمَنْ هُوَ الأيَةُ الكُبْرَى لِمُعْتَبِرٍ –    وَمَنْ هُوَ النِّعْمَةُ العُظْمَى لِمُغْتَنِمِ

Dan Nabi yang menjadi pertanda besar bagi pencari I’tibar, – Duhai Nabi sebagai nikmat Agung bagi orang yang ingin beruntung.

سَرَيْتَ مِنْ حَرَمٍ لَيْلًا اِلَى حَرَمٍ   –  كَمَا سَرَى البَدْرُ فِيْ دَاجِ مِنَ الظُّلَمِ

Engkau berjalan di kala malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa –Bagai purnama yang bergulir menembus malam gulita.

وَبَتَّ تَرْقَى اِلَى أَنْ نِلْتَ مَنْزِلَةً   –  مِنْ قَابِ قَوْسَيْنِ لَمْ تُدْرَكْ وَلَمْ تُرَمِ

Dan engkau terus naik hingga suatu tempat yang kau gapai –tempat yang seukuran dua busur, tak bisa digapai dan diasa.

وَقَدَّمَتْكَ جَمِيْعُ الأَنْبِيَاءِ بِهَا  –   وَالرُّسْلُ تَقْدِيْمُ مَخْدُوْمٍ عَلَى خَدَمِ

Para Nabi dan Rasul mempersilahkan engkau di depan –laksana penghormatan pelayan kepada majikan.

وَأَنْتَ تَخْتَرِقُ السَّبْعَ الطِّبَاقَ بِهِمْ  –   فِيْ مَوْكِبٍ كُنْتَ فِيْهِ صَاحِبِ العَلَمِ

Dan engkau tembus langit ke tujuh bersama mereka, -dalam kumpulan malaikat engkaulah pemimpinnya.

حَتَّى إِذَا لَمْ تَدَعْ شَأْوًالِمُسْتَبِقٍ  –  مِنَ الدُّنُوِّ وَلَا مَرْقًى لِمُسْتَنَمِ

Hingga tak satu puncakpun kau sisai bagi orang yang mendahului, -tempat dekat dan tinggi bagi para pencari derajat yang tinggi.

خَفَضْتَ كُلَّ مَقَامٍ بِالإِضَافَةِ إِذْ   –  نُوْدِيْتَ بِالرَّفْعِ مِثْلَ المُفْرَدِ العَلَمِ

Dibandingkan dengan derajatmu, seluruh derajat jadi rendah, – karena namamu dipanggil bak mufrad ‘alam.

كَيْمَا تَفُوْزُ بِوَصْلٍ اَيٍّ مُسْتَتِرٍ –  عَنِ الْعُيُوْنِ وَ سِرٍّ اَيْ مُكْتَتَمٍ

Agar kau peroleh hubungan sempurna yang tertutup –dari pandangan mata dan rahasia dari yang tersimpan.

فَحُزْتَ كُلَّ فَخَارٍ غَيْرَ مُشْتَرَكٍ   –  فَحُزْتَ كُلَّ مَقَامٍ غَيْرَ مُزْدَحَمٍ

Engkau mengumpulkan kebanggan nan tidak terbagi, -kau lewati setiap derajat ketinggian nan tidak terdesaki.

وَجَلَّ مِقْدَارُ مَا وُلِّيَتْ مِنْ  رُتَبٍ            وَعَزَّ إِدْرَاكُ مَا اُوْلِيَتْ مِنْ نَعَمٍ

Sungguh agung derajat yang kau dapati –sungguh mulia mendapatkan nikmat yang diberikan padamu.

بُشْرَى لَنَا مَعْشَرَ الإِسْلاَمِ إنَّ لَنَا –   مِنَ العِنَايَةِ رُكْنًا غَيْرَ مُنْهَدِمِ

Kabar gembira bagi umat islam bagi kita –tiang kokoh jaya takkan padam

لَمَّا دَعَا اللّهُ دَاعِيْنَا لِطَاعَتِهِ      –           بِأَكْرَمِ الرُّسْلِ كُنَّا اَكْرَمَ الأُمَامِ

Tatkala Allah panggil Nabi pengajak kita karena Ketaatannya, -Dengan panggilan Rasul yang mulia sehingga kita menjadi umat yang paling mulia.

Keindahan dari persamaan bunyi (rima) dalam burdah tersebut tidak hanya dapat memunculkan keindahan dan kekuatan ekspresif gagasan, namun juga memberikan nirai moral, spiritual dan doa-doanya juga memberikan banyak manfaat. Sehingga banyak sekali lembaga pendidikan di Timur Tengah yang menjadikannya sebagai kajian khusus.[2]

*Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari.

[1] . https://lirboyo.net/syahdu-berdendang-dengan-rima-burdah

[2] . Ibid