Sumber gambar: http://indowarta.com

Oleh: KH. Fawaid Abdullah*

Pada tahun Fil, tahun Gajah, Baginda Nabi Muhammad bin Abdullah  dilahirkan, menurut riwayat yang masyhur dua bulan sebelum kelahiran beliau, Ayah beliau Abdullah bin Abdul Muthallib telah wafat mendahului.

Para Ulama sepakat bahwa hari lahir beliau, Senin. Masalah tanggalnya, apakah tanggal 2, 8, 10, dan 12 para ulama berbeda pendapat. Tetapi empat tanggal ini adalah pendapat yang masyhur. Pendapat Hakim Abu Ahmad Rahimahullah: “Baginda Nabi lahir pada hari Senin, diangkat menjadi Nabi juga pada hari Senin, hijrah dari kota Makkah juga hari Senin, masuk ke kota Madinah juga hari Senin, semua itu tepat pada tanggal 12 Robiul Awwal dan wafat Baginda Nabi juga hari Senin pada tanggal yang sama, tahun kesebelas hijrah dalam usia 63 tahun.

Ayahanda Baginda Nabi, Abdullah sendiri wafat tatkala Nabi dalam kandungan, wafat di Madinah dan dimakamkan di Abwa, sebuah tempat antara Makkah dan Madinah. Ketika Nabi umur 6 tahun beliau ditinggal wafat Ibundanya, Aminah binti Wahb, wafat di tanah Abwa. Sejak wafat sang Ibunda, Nabi diasuh oleh sang kakek, Abdul Muthallib sampai wafatnya, ketika itu Nabi berumur 8 tahun. Pada umur 40 tahun Baginda Nabi diutus menjadi Rasul Allah. Setelah masa kenabian, beliau berada di Makkah selama 13 tahun. Kemudian hijrah ke Madinah dan berada di kota itu selama 10 tahun.

Pribadi Rasulullah adalah pribadi yang sangat luhur, beliau seorang yang sangat qona’ah, jujur, amanah, senang beramal (bekerja), tidak suka bermalas-malasan. Beliau juga seorang penggembala kambing pada masa mudanya. Bahkan (bertemu) dan menjadi pelayan saudagar kaya raya seorang janda yang bernama Sayyidah Khadijah binti Khuwailid. Pada masa inilah Baginda Nabi banyak belajar hidup, beliau dipasrahi berdagang oleh Khadijah. Karena kejujurannya Khadijah tertarik dan jatuh hati kepada Baginda Nabi.

Majalah Tebuireng

Pada umur 25 tahun, Baginda Nabi menikahi janda kaya tersebut, Khadijah sendiri sudah berumur 40 tahun. Selama beristri Khadijah, Baginda Nabi tidak sama sekali menikahi perempuan lain. Hampir semua harta kekayaan Khadijah untuk kepentingan dakwah dan perjuangan Baginda Nabi dalam menyebarkan agama Islam. Khadijah wafat 3 tahun sebelum Baginda Nabi hijrah.

Karena kejujuran dan sifat amanah Nabi, suatu waktu terjadi perselisihan sengit di kota Makkah antar Qobilah atau Bani, hampir saja terjadi saling bunuh karena masalah meletakkan Hajar Aswad di samping Ka’bah. Berkat kesigapan Baginda Nabi mengatasi masalah tersebut, akhirnya tidak sampai terjadi pertikaian sengit. Hajar Aswad itu lalu diletakkan di atas selendang atau surban Baginda Nabi, lalu ujung dari selendang itu disuruh pegang kepada utusan-utusan dari Qabilah itu, selendang lalu diambil dan Hajar Aswad diletakkan. Sejak itu Baginda Nabi mendapat gelar Al Amin atau sangat dipercaya.


*Santri Tebuireng 1989-1999, Ketua Umum IKAPETE Jawa Timur 2006-2009, saat ini sebagai Pengasuh Pesantren Roudlotut Tholibin Kombangan Bangkalan Madura.


*Disadur dari kitab Irsyaad Al Mukminin, Kitab karya Allahyarham Gus Ishom yang Legendaris.