Sumber gambar: https://sejarahkisahnabi.blogspot.co.id/2017/02/lokasi-tempat-dibakarnya-nabi-ibrahim-as.html

Nabi Ibrahim al-Khalil diutus untuk berseru kepada kaumnya agar menyembah Allah SWT. Sayangnya, banyak dari kaumnya, termasuk Tarikh (Azar), ayahnya, ingkar menolak ajakan Ibrahim AS. Karena mereka tidak mau menuruti ajakannya, Ibrahim pun pergi ke sebuah tempat dan menghancurkan berhala-berhala yang menjadi sesembahan kaumnya.

Karena perbuatannya itu, kaumnya pun marah dan akhirnya mereka mengadukan perbuatan Ibrahim pada raja Babilonia, Namrudz (Nimrod). Sebagai akibat dari perbuatannya, Raja Namrudz memerintahkan Ibrahim harus dibakar. Perdebatan antara Ibrahim dan Raja Namrudz dapat dilihat pada surah Al-Baqarah [2]:258 dan Al-Ankabut [29]: 24.

Karena kalah ketika berdebat dengan Ibrahim, Raja Namrudz lalu memerintahkan kaumnya untuk mendirikan sebuah bangunan yang tinggi untuk membakar Ibrahim. Tujuannya agar hal itu diketahui oleh seluruh rakyatnya.

“Mereka berkata, “Dirikanlah sebuah bangunan untuk (membakar) Ibrahim, lalu lemparkanlah dia ke dalam api yang menyala-nyala itu.” (QS As-Shaaffaat [37] : 97)

Setelah semuanya lengkap, mereka pun kemudian memasukan Ibrahim ke dalam api yang  panas membara itu. Semua orang mengira bahwa Ibrahim akan terbakar dan hangus berada di dalamnya. Namun, atas kehendak dan perintah Allah SWT, api yang sangat besar dan sedang membakar tubuh Ibrahim itu tak mampu membinasakannya. Sebaliknya, api itu menjadi dingin dan akhirnya menyelamatkan Ibrahim.

Majalah Tebuireng

“Kami berfirman, ‘Hai api, dinginlah engkau dan berilah keselamatan pada Ibrahim’.” (QS Al-Anbiyaa’ [21] : 69 dan Al-Ankabut [29]: 24).

DUA TIANG RAKSASA

Menurut beberapa ahli sejarah, peristiwa pembakaran terhadap Nabi Ibrahim AS itu terjadi di Kota Urfa atau Ur, di daerah Mesopotamia, yang sekarang masuk wilayah Turki.

Urfa atau Ur atau Sanliurfa adalah kota kuno yang telah berusia ribuan tahun. Kota ini merupakan bekas ibu kota imperium-imperium besar Mesopotamia (Ar-Rafidayn atau negeri di antara dua Sungai Eufrat dan Tigris), misalnya Akkadia, Assyiria, Babylonia, dan Selucia. Di kota tersebut, kini banyak terdapat peninggalan bersejarah yang tak ternilai harganya, seperti istana, kuil, zigurat, patung, artefak, hingga kampung halaman dan makam (tempat kelahiran) Nabi Ibrahim.

Beberapa benda sejarah Kota Urfa juga terdapat di beberapa museum besar dunia, misalnya Louvre (Paris), London, Berlin, Universitas Pennsylvania (AS), dan lain lain.

Para ahli sejarah menemukan sejumlah bukti sisa-sisa peninggalan Raja Namrudz. Di antaranya adalah dua buah tiang besar yang hingga kini berdiri kokoh di Kota Urfa. Mereka menyebut dua tiang besar itu sebagai tempat bertahtanya Raja Namrudz. Kolam yang ada di sekitar lokasi itu merupakan tempat pembakaran Ibrahim. Namun, sebagian ahli sejarah lainnya menyatakan, dua tiang besar itu menjadi tempat pembakaran Ibrahim.

Bila melihat bukti-bukti yang ada, keberadaan dua tiang besar itu menunjukan kemegahan istana Raja Namrudz. Namrudz pula yang memerintahkan rakyatnya untuk mendirikan sebuah bangunan besar sebagai bentuk kesombongan dan keangkuhannya. Bangunan ini terkenal dengan nama Tower of Babel.

Sebagaimana dikutip Harun Yahya, Lambert Dolphin dalam The Tower of Babel dan The Confusion of Language berusaha mencari jawaban mengapa menara itu dibangun. Setelah ditelusuri, Dolphin berkesimpulan, menara itu dibangun sebagai bentuk kesombongan untuk mencari kepuasan dan kemegahan diri.

BUKIT TANDUS

Kedua tiang besar yang diyakini sebagai peninggalan Namrudz itu, terletak di pinggir lembah di atas benteng di Kota Urfa. Kota Urfa sekarang ini, terletak di daerah yang sangat kering. Dan diperkirakan, pada zaman kuno dulu, lereng-lereng bukit yang tandus mengellingi Kota Urfa.

Beberapa ahli sejarah, seperti Yakut sebagaimana dikutip dalam Mu’jam Al-Buldan tentang Babilonia, ia menggambarkan bahwa negeri Babilonia (Urfa) sebagai berikut. “Ia berada di antara Tigris dan Eufrat yang disebut dengan As-Sawad.”

Menurut beberapa sumber, pada abad ke-12  Sebelum Masehi (SM), saat diperintah oleh Seleukes 1, seorang jenderal pada masa Alexander The Great, didirikan sejumlah fondasi di sekitar lereng bukit di Urfa, tempat kedua tiang besar itu berada.

Ada pula yang mengatakan, keberadaan dua tiang besar yang kini masih berdiri kokoh itu adalah bagian dari sebuah gereja milik Kristen,yaitu Edessa. Konon, kedua tiang besar itu sebagai simbol atas penyangga dari Romawi dan kekaisaran Parthia (Persia).

Karena kondisi yang tandus itu pula, akhirnya dibangun sebuah irigasi agar lahan pertanian di kota ini menjadi subur. Pemerintah Turki saat ini juga mengembangkan kota ini sebagai pusat tujuan wisata karena keberadaannya dengan berbagai situ purbakala yang berkaitan dengan masa lalu, seperti kisah Nabi Ibrahim dan Raja Namrudz.

Sebagian lagi percaya, Ibrahim juga dilahirkan di kota ini. Sebagaimana disebutkan dalam berbagai buku mengenai kisah Ibrahim, ketika itu, Raja Namrudz bermimpi akan kehancuran kerajaannya yang diakibatkan oleh seorang anak laki-laki yang baru lahir. Ia pun memerintahkan seluruh pengawalnya untuk membunuh setiap bayi laki-laki yang baru lahir.

Berkenaan dengan itu, ibunda Ibrahim berusaha menyelamatkan anaknya dan membawa ke sebuah gua. Penduduk sekitar Urfa meyakini bahwa gua tempat Ibrahim dilahirkan sampai saaat ini masih ada dan berada di Kota Urfa. Untuk itu, mereka mendirikan sebuah tempat beribadah di sekitar lokasi itu.

Ketika Ibrahim selamat dari kobaran api, ia bersama dengan sebagian anggota keluarganya pergi meningggalkan Urfa dan mengembara hingga ke Mesir, Syam, Suriah, Hebron, dan Palestina. Sepeninggal Ibrahim, Allah membinasakan kaum Urfa karena tidak beriman kepada Allah SWT.

AZAB PENDUDUK BABEL

“Dan berapa banyk (penduduk) negeri yang mendurhakai perintah Tuhan mereka dan rasul-rasul-Nya, maka Kami hisab penduduk negeri itu dengan hisab yang keras dan Kami azab mereka dengan azab yang mengerikan. Maka, mereka merasakan akibat yang buruk dari perbuatannya dan adalah akibat perbuatan mereka kerugian yang besar. Allah menyediakan bagi mereka azab yang keras, maka bertakwalah dengan Allah, hai orang orang yang mempunyai akal; (yaitu) orang-orang yang beriman. Sesungguhnya, Allah telah menurunkan peringatan kepadamu.” (QS At-Thalaaq [65]: 8-10).

Ketika Ibrahim meninggalkan Kota Urfa, Allah SWT membinasakan kaumnya dan menghancurkan kekuasaan Raja Namrudz. Sebagaimana dikutip oleh Sami bin Abdullah al-Maghluts dalam bukunya Atlas Sejarah Nabi dan Rasul, Dr Jamal Abdul Hadi dalam bukunya Jazirah al-Arab menyebutkan, teks-teks Sumeria melalui gubahan seorang penyair Sumeria mengungkapkan akhir Kota Urfa yang ketika itu diperintah oleh Raja Prestmo (Namrudz) ini terjadi pada abad ke-10 SM.

Urfa atau Ur adalah kota kelahiran Ibrahim AS. Kota ini mengalam dua kali kekalahan telak dari bangsa Elam dan Amorites.

”Dan, demikianlah Kami jadikan sebagian orang-orang yang zalim itu menjadi teman bagi sebagian yang lain disebabkan apa yang meraka usahakan.” (QS Al-An’am [6]:129)

Menurut Jamal Abdul Hadi, penyair itu berkata,”Sang Jantan meninggalkan tempat kediamannya dan anak-anaknya tercerai berai bersama angin.” Dia menyebutkan sejumlah nama kota-kota besar, lalu meratapi nasib akhir kota-kota itu. Setelah itu, dia menjelaskan ketetapan langit terhadap kehancurannya dan pertumpahan darah penduduknya.

Jeritan-jeritan manusia terus merebak. Jalan-jalan penuh dengan bangkai manusia yang mati tertikan tombak dan batu-batu ballista (mirip ketapel). Begtulah seterusnya sampai matahari melunturkan lemah-lemah tubuh mereka. Begitulah seterusnya sampai matahari melunturkan lemah-lemah tubuh mereka. Bagi orang-orang yang selamat, mereka hidup terhina dan kelaparan sampai-sampai sang ibu membiarkan putrinya dan ayah meninggalkan putranya serta seorang istri terpaksa berpisah dari suaminya.

Allah Maha Besar. Kota Babilonia (Babel) binasa dalam keagungan Allah dan mengubur kesombongan Namrudz jauh dari dasar bumi.

MITOS KOLAM IKAN SUCI DAN TOKEK

Selain peninggalan berupa dua tiang raksasa di tepi bukit dan makam (tempat kelahiran) Ibrahim, juga terdapat taman-taman dan sebuah kolam ikan yang berwarna jernih di sekitar tempat itu.

Warga Urfa meyakini, kolam ikan itu sebagai tempat pembakaran tubuh Ibrahim AS. Konon, Ibrahim dilemparkan dari tempat tertinggi ke tumpukan api yang sedang menyala. Ketika Allah memerintahkan api agar menjadi dingin, warga Urfa percaya bahwa api-api itu berubah menjadi air. Mereka meyakini, tempat itu adalah kolam ikan yang ada sekarang.

Menurut kepercayaan penduduk setempat, ikan-ikan yang ada di kolam itu merupakan ‘jelmaan’ dari abu yang membakar tubuh Ibrahim. Karena itu, mereka menjaga ikan-ikan yang ada di kolam itu dengan hati-hati. Mereka tidak berani mengambil ikan yang ada di tempat tersebut sebagai sesuatu yang suci.

Seperti diungkapkan Ibnu Katsir dalam Qishash al-Anbiyaa’, sebelum membakar Ibrahim, penduduk Urfa mengumpulkan kayu bakar dan hal itu berlangsung sangat lama. Mereka terlebih dahulu membuat lubang besar, lantas menaruh kayu di dalamnya, lalu membakarnya. Lubang besar inilah yang diyakini penduduk setempat sebagai kolam ikan tersebut.

TOKEK

Ketika Allah SWT memerintahkan api menjadi dingin dan menyelamatkan Ibrahim, semua penduduk kota  itu tidak ada yang mampu mengambil manfaat dari api.

Diriwayatkan dari Minhal bin Amr, Ibrahim tinggal atau berada dalam kobaran api itu selama 40 atau 50 hari. Ibrahim berkata” Sebaik-baik kehidupan yang saya rasakan adalah hari hari ketika saya berada dalam kobaran api. Saya berharap, seluruh hidup  saya seperti yang saya rasakan dalam kobaran api itu.”

Ada cerita menarik  dari kisah Nabi Ibrahim yang diselamatkan Allah dari kobaran api. Sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Musa, Rasulullah SAW memerintahkan membunuh tokek. “Tokek itulah yang dahulu meniup api Ibrahim (agar tidak padam).”

Aisyah RA meriwayatkan, “Bunulah tokek karena (binatang itu) yang telah meniup api yang digunakan untuk membakar Ibrahim.” (HR Ahmad dengan sanad dhaif). Ungkapan serupa juga diriwayatkan oleh Ahmad dan Ibnu Majah, namun dalam sanadnya terdapat perawi yang tidak dikenal. “Ketika Ibrahim dilemparkan ke dalam api, semua hewan di muka bumi ini berusaha memadamkan api tersebut, kecuali tokek yang berusaha meniupnya.” Wa Allahu A’lam.


Disadur dari buku Situs-Situs Dalam Al Quran (dari Banjir Nuh hingga Bukit Thursina), Syahruddin El-Fikri. Ditulis oleh Rizky Hanivan, mahasiswa PBA Unhasy.