Mendengar suara orang ngobrol dan membuat gaduh kelas, Ustadz Jabar memanggil Cak Jahlun
Ust. Jabar : “Cak Jahlun”
Cak Jahlun : “Dalem, Ustadz”
Ust. Jabar : “Kenapa sampeyan rame?”
Cak Jahlun : “Saya tidak paham, Ustadz”
Ust. Jabar : “Apakah sampeyan tidak suka pelajaran matematika?”
Cak Jahlun : “Iya, Ustadz”
Ust. Jabar : “Kenapa sampeyan tidak suka?”
Cak Jahlun : “Soalnya sulit ustadz, lagian matematika kan tidak ditanya di akhirat”
Mendengar jawaban Cak Jahlun, teman-temannya kaget sekaligus tersipu-sipu. Namun dengan bijak Ust. Jabar memberikan pengertian kepada Cak Jahlun.
Ust. Jabar : “Memang matematika tidak ditanya di akhirat. Tapi jangan salah, gara-gara matematika ada kiai yang sampai masuk neraka.
Cak Jahlun : “(penasaran) Kok bisa Ustadz?”
Ust. Jabar : “Gara-gara kiai tersebut tidak tahu ukuran air dua qullah dan selalu salah menghitung pembagian harta warisan sebab tidak menguasai matematika”
Cak Jahlun : “(manggut-manggut)” (F@R)