KH. Ubaidillah Faqih saat menyampaikan mauidhah hasanah

tebuireng.online– Dalam acara Penutupan Pengajian Ramadan Pesantren Tebuireng, Selasa (21/06/2016) Pengasuh Pesantren Langitan, KH. Ubaidillah Faqih menyampaikan mauidhah hasanah di depan hadirin dan santri. Kiai yang akrab disapa Gus Ubed tersebut menyampaikan banyak hal untuk memberikan motivasi dan ilmu kepada para santri.

Di awal mauidhah, beliau berpesan kepada para santri agar selalu mengingat niat awal, setiap waktu, setiap tempat, dan di setiap keadaan. Dengan terus mengingat niat awal mencari ilmu, para santri pulang dari pesantren akan mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Beliau mengaku terharu, walaupun Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari telah wafat, tradisi pengkajian kitab hadis masih terus dilaksanakan.

Beliau juga kagum walau mengalami perkembangan pesat dan tak kalah dengan lembaga pendidikan non pesantren, Tebuireng terus mentradisikan kajian hadis yang diwariskan Mbah Hasyim. “Semoga kajian hadis di Tebuireng ini terus berlanjut ila yaumil qiyamah amin,” ungkap kiai yang mengasuh Pesantren Langitan sejak Maret 2012 tersebut.

Kitab hadis menurut beliau adalah kitab yang paling utama dan membawa berkah. Selanjutnya beliau menerangkan tentang sejarah Imam Bukhori dalam mencurahkan seumur hidupnya untuk mengkaji hadis agar ilmu tersebut terus bisa dikaji umat Islam hingga akhir zaman. Perjuangan itu membuahkan hasil, sehingga kitab yang beliau susun, yaitu Shahih Bukhori adalah kitab hadis yang paling shahih dan terpercaya menurut kesepatan ulama.

Beliau juga berpesan kepada para santri agar selalu senang dengan kajian ilmu, dekat dengan ulama, meneladani para sahabat, agar nanti dapat bersama-sama bersandir di surga. Beliau mengutip hadis Rasulullah SAW yang mengatakan bahwa ulama-ulama umat beliau setara dengan derajatnya dengan nabi-nabi Bani Israel.

Majalah Tebuireng

Beliau meminta para santri, walaupun nantinya masuk pada profesi apapun, politikus, pengusaha, guru, kiai, dan yang lain sebagainya, tidak bergantungkan pada niat karena tujuan keduniaan, semata-mata karena beribadah kepada Allah dan mencari Ridho-Nya. Menurut beliau, itulah karakteristik pendidikan pesantren. (Abror)