Tebuireng.online— Baru saja, pada Jumat (08/09/2017) seorang ulama kharismatik dan alumni Pesantren Tebuireng era 80-an, KH. Lukman al Karim atau Gus Lukman, menghadap ke haribaan Yang Maha Kuasa, Allah SWT. Kepergian Pendiri dan Pengasuh Pesantren Bahrul Maghfiroh Malang ini, menyisakan kenangan bagi kawan-kawannya ketika nyantri di Tebuireng. Salah satunya adalah H. M. Ghufron Rofii. Pengusaha asal Bululawang Malang yang dulu satu kamar dan satu perjuangan ketika nyantri di Tebuireng bersama Gus Lukman ini, membagi kisahnya tentang sahabatnya itu.

Ia menceritakan bahwa Gus Lukman saat menimba ilmu di Tebuireng, jarang sekali tidur. Waktunya, beliau gunakan untuk belajar dan bertafakur di Maqbarah Masyayikh Tebuireng. Begitu pula, puasa sunnah dan qiyamul Lail seperti merupakan kewajiban. Bahkan ia mengatakan kebiasaan beliau puasa sunnah sudah berlangsung sejak umur 9 tahun. Sehingga, lanjutnya, Gus Lukman terkenal dengan kewibaannya sebagai seorang yang ahli ibadah, ahli riyadhah, dan alim.

Gus Lukman adalah striker muda berbakat dan selalu menjadi andalan di Tebuireng ketika nyantri pada 1983-1984. Memang olahraga yang beliau gemari adalah sepakbola, dengan modal sebagai pemain striker terbaik Persema Malang. “Beliau menjadi pemain bola favorit di Tebuireng saat itu,” tambahnya ketika dihubungi via WhatsAap. Bisa jadi latar belakang itulah yang menghantarkan beliau kemudian menjadi pimpinan PSSI Malang dan sangat baik terhadap Arema dan Aremania.

Pengusaha Property dan Suplier itu menceritakan, kiai yang bernama asli Edi Lukman Karim itu, masuk Tebuireng ketika sudah lulus SLTA dan di Tebuireng hanya Sekolah Persiapan (SP) saja selama 2 tahun, yaitu dari tahun 1983-1984 sebelum akhirnya memilih melanjutkan pendidikan di Universitas Islam Malang (Unisma) hingga menjadi sarjana.

H. Ghufron juga mengenang Gus Lukman sebagai pribadi yang sangat humoris dan bersahabat. Yang selalu ia ingat adalah komitmen Gus Lukman bahwa ‘Pesantren Harus Gratis’, agar semua warga muslim mendapatkan ilmu agama tanpa biaya. Hal itulah yang melatarbelakangi beliau sekarang mendirikan pesantren yang gratis di beberapa daerah di Indonesia dan luar negeri, bahkan memberikan beasiswa bagi santri yang berprestasi untuk melanjutkan pendidikan agama ke luar negeri, seperi Arab Saudi dan Yaman.

Majalah Tebuireng

“Alhamdulillah 10 thn kemudian cita-cita itu terwujud. Gus Lukman sudah mendirikan 5 pesantren, Bahrul Maghfiroh Malang, Bahrul Maghfiroh Pasuruan, Bahrul Maghfiroh Lampung, Bahrul Maghfiroh Bintaro Jakarta dan yang baru Bahrul Maghfiroh di Sana’a Yaman. Semua Gratis. Subhanallah!,” terang lelaki yang nyantri di Tebuireng pada 1978-1985 itu.

Selain itu, ia mengingat betul, bahwa Gus Lukman sangat semasa di Tebuireng sangat mengidolakan Kiai Sukarto Fakih, seorang pengajar Nahwu dan Sharaf di Tebuireng. Kiai Sukarto sekarang menjadi salah satu pengasuh di Pesantren Bahrul Maghfiroh Malan bersama alumni Tebuireng lainnya, seperti Ustadz Mahfudz. Saking idolanya, setelah Gus Lukman mendirikan Bahrul Maghfiroh di Malang, Kiai Sukarto dibawa ikut serta ke Malang menjadi pengajar dan pengasuh di sana.

Ia mengaku, hal yang paling berkesan ketika ia bersama adik Rektor ke-12 UB Malang, Prof. Muhammad Bisri itu,  yaitu bangun malam untuk shalat. “Beliau selalu membangunkan saya untuk shalat malam, sehingga paginya saya jarang masuk sekolah (Madrasah Aliyah Salafiyah Syafi’iyah), sehingga qiyamul lail menjadi sebuah kewajiban,” pungkasnya yang juga sekamar dengan Gus Lukman saat nyantri di Tebuireng di Komplek C12 yang dulu berada di depan masjid, yang kini telah tiada menjadi halaman.

Seperti yang diberitakan, Pengasuh Pesantren Bahrul Maghfiroh, KH Luqman Al Karim atau yang akrab disapa Gus Lukman telah tutup usia pada Jumat (08/09/2017) dini hari. Almarhum telah berpulang sekitar pukul 02.10 WIB di Rumah Sakit Persada Malang akibat adanya peradangan di otak.


Pewarta:            M. Abror Rosyidin

Editor/Publisher: MAR