Sumber gambar: m.kumparan.com

Oleh: Rara Zarary*

Aku ingin sekali lagi pulang.

Menatap lekat mata ibu dan ayah yang masih duduk di atas kursi sederhana melepas pergiku yang tiba-tiba ke luar kota, tidak ada jangka waktu, tidak memastikan kapan akan kembali bertemu.

Aku ingin pulang sekali lagi.

Menghafal dan merekam suasana desa yang masih asri. Barangkali setelah aku pergi, bangunan, ruko, dan jalan-jalan kota ke desa telah menyempit terhimpit bangunan modernisasi yang membuat banyak orang memilih pergi dari kampung untuk cari untung di kejauhan tak bisa dihitung kilometer keberapa.

Majalah Tebuireng

Aku ingin pulang sekali lagi.

Memastikan semua baik-baik saja. Menjelaskan alasan mengapa aku masih saja betah jauh dari mereka. Mengungkapkan betapa kebahagiaan dan kekayaan sebenarnya ada di dalam rumah sederhana mereka.

Aku ingin pulang sekali lagi.

Meminta keikhlasan ayah ibu. Mengemis doa dan ridha yang tak bisa kudapat dari sesiapa selain mereka.

Aku ingin pulang sekali lagi.

Sebelum ada diantara mereka yang pergi. Semakin Tuhan mengutuhkan semua yang bersama dalam ruang istimewa ini. Keluarga. Sebuah nama dari kasih dan cinta bersama.

Aku ingin selalu menjaga keluarga. Sebab, jika diantara tak ada, maka tak ada harta yang bisa membeli dan mengembalikan seperti semula.

Keluarga.

Keluarga.

Adalah harta paling berharga.

*Perempuan asal Madura.