Oleh : Egi Setiawan*

Ramadhan Adalah bulan suci UMAT islam.dimana setiap Amal perbuatan dilipat gandakan Oleh Allah SWT. Ramadhan juga bulan yang penuh dengan warna-warni ketaatan serta ampunan. Seluruh umat Islam berbondong-bondong  menyemarakkan bulan dimana al-Qur’an diturunkan ini. Umat muslim di berbagai belahan dunia turut menggemakan uforia akbar penuh berkah seantero bumi. Termasuk di negara tempat penulis tinggal sekarang, Mesir, negeri para Fir’aun.

Seiring Waktu berlalu tidak terasa hampir setahun penulis habiskan waktu berada di Negri Para Nabi. Kali ini dapat merasakan Ramadhan di negara ribuan kilo dari kampung halaman, terasa sangat berbeda dan mengesankan. Pernak pernik Keunikan dan kebiasaan Masriyin (masyarakat mesir) menjadikan penulis sedikit mengobati kerinduan atas kampung halaman.

Merasakan Ramadhan di perantauan jauh, memang berat.  Namun para pelajar Indonesia di Mesir memaknai itu sebagai nikmat yang tiada tara. Sebagai pelajar yang tengah menuntut ilmu, patutlah kiranya bersyukur karena Allah SWT telah memberikan kesempatan dan kenikmatan yang tak terhingga untuk bisa belajar di Negeri para umala’.

Meskipun tidak menghabiskan liburan di Tanah Air bersama keluarga, hidup di Mesir sangat menyenangkan bagi para pelajar Indonesia. Mesir memiliki Tradisi dan kebiasaan yang sangat berbeda dibanding negara lain dalam bulan Ramadhan. Negara ini memiliki empat musim sebagai mana negara sub-tropis lainnya, yaitu dingin, panas, semi, dan gugur. Bulan Ramadhan selalu bertepatan dengan musim panas, dengan suhu mencapai 35-45 derajat celcius.

Majalah Tebuireng

Suhu semacam ini, jelas ini sangat berpengaruh terhadap matahari yang terbit lebih cepat dari pada musim biasanya serta terbenam lebih lama, pastinya juga akan memperlama durasi berpuasa umat islam di Mesir. Adzan subuh dikumandangkan sekitar pukul 03.00 waktu  Mesir,sedangkan adzan magrib baru akan dikumandangkan pukul 19.30. Jadi total durasi berpuasa di mesir kurang lebih 18 jam.

Di Negeri Cleopatra itu hampir semua masjid melaksanakan shalat tarawih dalam jumlah 8 rokaat,dan witir 3 rakaat. Hanya beberapa masjid saja yang melangsungkan tarawihnya 20 rokaat. Meskipun demikian jangan salah, bukan berarti tarawihnya lebih cepat dari Indonesia, bahkan jauh lebih lama. Pasalnya sang imam selalu membaca 1 juz al-Quran setiap tarawih dengan tempo membaca yang standart tidak cepat dan tidak lambat. Berbalik dengan masjid-masjid di Indonesia yang super cepat bahkan bisa menghabiskan 20 rakaat tarawih dalam waktu tujuh menit saja.

Negeri ini juga memiliki tradisi menyediakan Maidatu al-Rahman, yaitu hidangan berbuka puasa yang disajikan di setiap masjid di Mesir. Hidangan tersebut siap dinikmati untuk semua kalangan, baik penduduk mesir sendiri ataupun penduduk asing yang bermukim di sana. Tentunya makanan yang disajikan bukan makanan ringan seperti takjil yang ada di Indonesia , melainkan makanan berat yang cukup elite untuk standart makanan kantong mahasiswa asing seperti kami. Dengan adanya Maidatu al-Rahman pastinya akan lebih menghemat dompet mahasiswa. Karena mahasiswa sudah tidak perlu repot-repot belanja atau memasak. Cukup datang ke masjid-masjid duduk manis dan siap menyantap hidangan berbuka yang telah disajikan.

Selain maidatur rahman ada juga kebiasaan Masriyin memberikan Musa’adah yaitu istilah bahasa Arab yang berarti bantuan. Bantuan ini berupa finansial dari para Muhsinin (kaum dermawan) Mesir untuk para pelajar asing. Tidak sedikit para saudagar kaya membagi-bagikan uang kepada pelajar-pelajar asing yang sedang mencari ilmu di Negeri Khinanah ini. Meraka kebanyakan dari afrika dan asia termasuk Indonesia.

Pada saat bulan Ramadhan, mayolitas muslim di Mesir akan merubah jam tidurnya , dari tidur malam menjadi tidur pagi. Itu disebabkan oleh jarak waktu antara shalat tarawih dan shalat subuh sangat sempit. Shalat tarawih pada umumnya akan selesai pada pukul 10 malam, bahkan beberapa masjid mengakhiri shalat tarawih pukul 11 malam, bisa juga lebih. Sedangkan azan subuh akan dikumandangkan pukul tiga pagi. Dari sini masyarakat muslim lebih memilih jarak antara waktu tarawih dan subuh untuk beraktivitas dalam menghidupkan bulan ramadhan, seperti mambaca al-Quran, berzikir, I’tiqaf, dan menyiapkan hidangan untuk sahur. Oleh karena itu masyarakat Mesir pada umumnya akan tidur satu jam setelah subuh pada bulan ramadhan, kecuali mereka yang memiliki jam kerja di waktu pagi.

Adapun masyarakat muslim di Mesir merupakan masyarakat yang cukup religious dan taat beragama. Itu dibuktikan dngan lantunan ayat al-Quran yang terdengung disetiap tempat, baik di pasar, mall, restoran, kereta bawah tanah, bus, jalanan, bahkan para pedagang pun di sela-sela menunggu para pembeli selalu membaca al-Quran. Apapun profesinya, kitab suci itu tak pernah redup untuk selalu mereka pendengarkan keindahannya dan dan mentadaburi keagungan-Nya.

*Penulis adalah Alumni Madrasah Aliyah Salafiyah Syafi’iyah Tebuireng angkatan 2014 yang sedang menempuh pendidikan S1 di Universitas al-Azhar Cairo Mesir.