Santri Al Ihsan Jaddung Pragaan Sumenep Madura sedang belajar tulis menulis yang dipandu oleh Jurnalis Tebuireng Jombang, Jumat (19/01/18). (Foto: MAR)

Tebuireng.online- Santri melek media dan literasi memang telah digaungkan oleh penggerak media di Pesantren Tebuireng. Gerakan itu juga mereka tularkan ke pesantren lain, salah satunya adalah Pesantren al Ihsan Jaddung Pragaan Sumenep Madura.

Tebuireng mengirimkan dua kadernya, yaitu Pemimpin Redaksi Tebuireng Online,  Muhammad Abror Rosyidin dan Pemimpin Redaksi Majalah Tebuireng, Muhammad Septian Pribadi, untuk mengisi Diklat Jurnalistik di pesantren yang diasuh oleh KH. Nashih Fauzi tersebut pada Jumat (19/01/2018).

“Kami berharap kedatangan tim dari Tebuireng bisa memotivasi anak-anak untuk giat menulis. Di sini masih awal,” ungkap Kiai Mubarok saat menyambut kedua utusan tersebut. Kiai muda yang pernah nyantri di Tebuireng itu berharap diakhir diklat, mereka bisa memantik semangat santri untuk membuat buletin atau website.

Selaras dengan itu dalam penyampaian materinya, Muhammad Abror menjelaskan bahwa sudah saatnya santri mengisi ruang-ruang dakwah di dunia maya, karena menurutnya sekarang ruang-ruang itu didominasi konten-konten Islam keras.

“Santri, khususnya dari kalangan Nahdliyin, sebagai representasi dari Islam Aswaja yang moderat harus bisa jadi penulis-penulis hebat, supaya lebih manfaat ilmunya,” ungkap pria asal Mojokerto itu.

Majalah Tebuireng

“Sangat mungkin generasi yang mewarnai dunia media di Indonesia bahkan dunia, ya santri-santri al Ihsan ini. Harus ada di antara teman-teman,” tambahnya.

Dalam sesi malamnya, Septian Pribadi memberikan motivasi kepada para santri al Ihsan agar tidak menganggap bahwa menulis itu susah. Ia menjelaskan bahwa sebenarnya modal bisa menulis hanya satu, yaitu punya kemauan, bukan bakat atau kemampuan.

“Siapa yang masih percaya bahwa bisa menulis itu karena bakat? Kalau kita me-list 100 faktor bisa menulis, mungkin bakat itu nomor 101-nya,” ungkap alumnus Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng itu.

Diklat Jurnalistik di pesantren yang didirikan oleh dua bersaudara Kiai Yasin dan Kiai Fauzi itu, baru pertama kali diadakan. Sekitar 50-an santri mengikuti kegiatan ini selama dua hari, yaitu Kamis-Jumat (18-19/01/2018).


Pewarta: MAR

Editor:Publihser: Rara Zarary