Sumber gambar: http://ramadhan.republika.co.id

Oleh: Rafiqatul Anisah*

Adanya aktifitas yang menjadi rutinitas cukup mengupas jatah istirahat. Apalagi di bulan yang penuh limpahan pahala ini, aktifitas harus tetap berjalan meskipun diri menahan haus dan lapar, semua itu tidak akan mengurangi semangat untuk tetap menjalankan rutinitas.  Namun kebanyakan dari manusia di saat berpuasa, menjadi mudah terlelap dan susah berjauhan dengan kasur. Ibarat magnet yang menarik tubuh.

Salah satu rutinitas santri khususnya yaitu tadarus Al Quran dan mengaji kitab kuning. Biasanya di bulan yang suci ini menjadi ajang untuk mengkhatamkan Al Quran Sebanyak-banyaknya minimal satu juz dalam satu hari. Sementara untuk pengajian kitabnya setiap setelah Subuh, Dzuhur, Ashar, dan Tarawih. Pembagian ngajinya berdasarkan tingkat sekolah, Mts dan SMP, Aliyah dan SMA, serta ada beberapa santri luar yang mengikuti pengajian kitab di Pondok Putri pesantren Tebuireng yang tentunya berlokasi di tempat yang berbeda pula. Tampak dari mereka antusias untuk mengikuti pengajian yang biasa kita sebut ngaji kilat.

Nah ketika pengajian kitab berlangsung, banyak dari mereka yang merosot, berawal dari duduk berubah ke selonjor,  dari selonjor berganti tengkurap,  bahkan ada yang tidur duduk sambil maknai mangguk-mangguk, itulah keunikan santri. Yang terpenting niat ngaji saja insyaAllah sudah bernilai pahala, karena mereka ngantuk atau tidurpun itu di luar niat.  Mungkin karena hawa puasa yang juga diberi lebel pahala oleh Allah swt untuk hamba-Nya yang sedang menahan diri dari rasa lapar, haus, dan hawa nafsu.

Hal tersebut bukan berarti hanya tidur saja tanpa melakukan aktivitas apapun,  akan tetapi tetap menjalankan rutinitas yang ada,  rutinitas yang positif seperti telah disinggung di atas.  Maka Allah akan melipatgandakan pahala kita lebih besar lagi.

Majalah Tebuireng

*Penulis adalah Santri di Pondok Putri Pesantren Tebuireng.