Oleh: Syarwan Alambara*

Allah Swt. mempunyai berbagai Asma yang sangat menarik dengan mengandung makna di balik penggambaran sifat-sifat-Nya yang wajib untuk kita percaya. Salah satunya dengan cara mengamalkan asma-asma tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Asma-asma tersebut bisa kita kenal atau kita sebut dengan sebutan Asma’ul Husna. Dengan seiring berkembangnya zaman atau di era milenial ini, maka tak sepantasnya untuk kita bermalas-malasan mengamalkannya. Justru lebih memaksimalkan pengamalan dengan teknologi yang ada.

Asmaul Husna merupakan istilah yang terkait dengan nama-nama Allah yang indah dan baik. Lebih dari itu, asmaul husna tidak hanya mengacu pada nama-nama, melainkan juga sebuah sebutan gelar dan juga sifat-sifat Allah Swt. Seperti firman Allah yang tertera dalam kita suci al-Qur’an dalam surah Thaha ayat 8:

اَللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۗ لَهُ الْاَسْمَاۤءُ الْحُسْنٰى

(Dialah) Allah, tidak ada tuhan selain Dia, yang mempunyai nama-nama yang terbaik.

Majalah Tebuireng

Dalam tuntunan ayat yang tertera dalam kitab suci-Nya Dialah Maha di atas Segala Maha dan Dialah pula yang menciptakan alam dengan segala kuasa-Nya dan meniadakan alam dengan kehendak-Nya. Semua nama baiknya menunjukkan kesempurnaan-Nya, Keperkasaan serta Keagungan-Nya.

Disebutkan dalam sebuah hadis bahwa Allah Swt. memilki 99 Nama. Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw bersabda:

إِنَّ لِلَّهِ تَعَالَى تِسْعَةً وَتِسْعِينَ اسْمًا، مِائَةٌ إِلَّا وَاحِدًا، مَنْ أَحْصَاهَا دخل الجنة، وهو وتر يُحِبُّ الْوِتْرَ

Sesungguhnya Allah mempunyai 99 nama, seratus kurang satu, barang siapa yang menghafalkannya, maka ia akan masuk surga”. (H.R. Bukhari)

Dalam sebuah riwayat “menghafalkannya” banyak yang memaknainya, ada yang memaknai dengan menjaganya, memahaminya, dan ada pula yang mengartikan menerapkan dengan akhlak baiknya. Seperti misalnya allah memiliki Asma Al-Karim.

Al-Karim (Yang Maha Mulia) merupakan asmaul husna yang menghimpun segala bentuk kebaikan dan pujian yang tidak hanya dalam aspek pemberian semata melaikan kesempurnaan makna dan kasih sayangnya.

Oleh karena itu, para ulama memiliki banyak pendapat tentang makna asma Allah tersebut. Ada yang mengatakan bahwa maknanya yang banyak kebaikan, yang memiliki kemuliaan, maupun kedudukan yang agung, yang terlepas dan terbebas dari segala kekurangan dan penyakit. Yang dimuliakan diberi nikmat, dan mempunyai keutamaan,

Yang memberi tanpa pamrih, Yang memberi tanpa sebab, Yang memberi kepada orang yang membutuhkan dan tidak membutuhkan, Yang jika berjanji Dia pasti menepatinya, Yang segala hajat, besar maupun kecil, diminta kepada-Nya, Yang tak menyia-nyiakan orang yang meminta perlindungan kepadaNya, Yang memaafkan serta mengampuni segala kesalahan dan dosa.

Coba kita renungkan firman Allah dalam surah al-Mukminun ayat 116 yang berbunyi:

فَتَعٰلَى اللّٰهُ الْمَلِكُ الْحَقُّۚ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۚ رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيْمِ

 “Maka Mahatinggi Allah, Raja yang sebenarnya; tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Tuhan (yang memiliki) ‘Arsy yang mulia.”

Jika asma Allah Al-Karim diterapkan dalam ranah pemberian sesama manusia, Al-Karim adalah memberikan segala sesuatu kepada orang lain yang itu diminta dengan segala cara dan kerendahan hati.

Dari makna tersebut jika diimplementasikan dalam kehidupan kita:

Pertama, seorang muslim senantiasa membiasakan, membudayakan dan melakukan setiap kebaikan hanya untuk mendatangkan segala kemanfaatan terhadap muslim lainnya.

Kedua, menjadikan diri senantiasa tetap lapang dada dan pemaaf kepada siapapun baik muslim yang taat paupun non-muslim.

Ketiga, senantiasa menunaikan amanah yang dititipkannya, dan juga menepati janji yang sasuai dengan stuasi dan kondisi yang terjadi.

Keempat, senantiasa mencintai Allah dan Rasul-Nya menjadi prioritas dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.


*Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Prodi Aqidah Islam UIN Sunan Kalijaga