Al Habib Novel Bin Muhammad Alaydrus hadiri peringatan maulid Nabi Muhammad di Pesantren Tebuireng. (Foto: dokumnetasi Tebuireng)

Tebuireng.online– Dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, Pesantren Tebuireng menghadirkan Al Habib Novel Bin Muhammad Alaydrus. Turut hadir seluruh santri dan santriwati, pembina, pengurus, ustadz dan ustadzah Pesantren Tebuireng di masjid Ulil Albab Tebuireng.

“Pada kesempatan yang mulia ini dan kesempatan yang baik ini. Kita akan mendapat pencerahan tentang nabi Muhammad SAW. Mudah-mudahan kita dapat menangkap dan mengambil hikmah bukan dari hadirnya saja tapi dari perjuangan Nabi Muhammad SAW,” ungkap Mudzir Bidang Pembinaan Pondok Pesantren Tebuireng, H. Lukman Hakim.

Selain itu, KH. Agus Zaki menyampaikan tentang betapa bahagianya menjadi seorang santri. Dalam ceritanya, Gus Zaki menyebutkan karakter Ibu KH. Agus Zaki dan lika-liku perjalananya ketika akan dipondokkan. Ceria yang dibawakan beliau dibalut beberapa pesan motivasi dan juga inspirasi untuk santri dan santriwati yang hadir pada malam hari itu.

“Dulu saya sempat tidak mengetahui bahwa saya akan dipondokkan. Saya tidak mengetahui akan hal itu. Namun saya menyadari bahwa anak yang hebat berasal dari ibu yang hebat,” tutur beliau.

Pada kesempatan itu, Al Habib Novel Bin Muhammad Alaydrus, Solo memberikan ceramahah agama kepada seluruh hadirin. “Hanya orang-orang yang mulia yang mampu memulikan orang-orang. Khususnya saya bersyukur kalau saya diundang pada peringatan maulid Nabi Muhammad ini. Saya tidak melihat siapa yang ngundang, namun saya berterima kasih double,” ungkapnya.

Majalah Tebuireng

Al Habib Novel Bin Muhammad Alaydrus menceritkan tentang kisah nabi Muhammad SAW. Dari kisah kesedihannya hingga perjalanan dalam menyebarkan agama Islam hingga ke pelosok-pelosok negeri di Arab. Beliau juga mengajak para hadirin, santri-santriwati, dan tamu undangan untuk memuliakan orang-orang yang membutuhkan, terutama orang yatim dan piatu, juga mengajarkan agar kita saling memberi satu sama lain.

“Rasulullah mengajarkan agar kita memuliakan seseorang tanpa terkecuali juga cucunya. Di Indonesia tidak ada kampung pelit, dan juga orang-orangnya dermawan,” tutur beliau.

Selain bercerita tentang Nabi Muhammad, Al Habib juga bercerita tentang Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari. “Kita ketahui semua bahwa beliau adalah maha guru atau guru dari seluruh ulama yang ada di Indonesia. Di mana Kiai Hasyim tidak pernah merasa cukup dalam menunutut ilmu, walau beliau sudah belajar Al Quran, nahwu, shorof, fiqh dari KH. Kholil Bangkalan yang diketahui beliau adalah seorang wali,” ungkapnya.

Dalam cerita Al Habib, Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari melanjutkan pendidikan di Mekah selama kurang lebih 6 tahun. Habib Novel Alaydrus menyampaikan bahwa tidak ada kata puas dalam menuntut ilmu. Beliau juga menceritakan saat KH. Hasyim Asy’ari berada di Mekah pernah berguru kepada Habib Husein Al-Habsyi dan Habib Alwi bin Ahmad Assegaf yang mempunyai sanak saudara di Solo. Setelah KH. Hasyim Asy’ari kembali ke Indonesia, beliau berangkat dari Jombang ke Solo mengendarai dokar untuk bertemu dengan kerabat gurunya ketika KH. Hasyim Asy’ari sampai di kediaman keluarga Habib Alwi.

“Bib saya ini muridnya pakde jenengan, saya kesini mau menyambung silaturahim. Mbah Hasyim mengajarkan kepada kita semua untuk menghormati Ulama,” ucap Habib Novel Alaydrus.

Inilah akhlak KH. Hasyim Asy’ari kerena cintanya dengan gurunya, anak cucunya, beliau mencarinya untuk silaturahim agar membahagiakan guru beliau. Dan di akhir ceramahnya Habib Novel mengajak semua santri untuk bershalawat dengan khusyu membayangkan Rasulullah SAW hadir dalam acara peringatan ini, lalu beliau memberi nasihat.

“Menyampaikan ilmu itu pakai hati agar bisa masuk ke hati yang paling dalam,” pesan Habib Novel kepada seluruh santri.

Pewarta: Iryan / Haidar