KH. Salahuddin Wahid memberi sambutan dalam seminar nasional “Peran Pesantren dalam Pembangunan Kesehatan” di gedung KH. M. Yusuf Hasyim Pesantren Tebuireng, Sabtu (9/3). (Foto: Kopi Ireng / Bagas)

Tebuireng.online- Perkembangan pesantren di Indonesia cukup baik. Potensi pesantren juga merambah pembangunan sektor kesehatan.

Hal itu disampaikan oleh KH Salahuddin Wahid dalam Semianar Nasional Peran Pesantren dalam Pembangunan Kesehatan di Aula lantai 3 Gedung KH. M. Yusuf Hasyim Pesantren Tebuireng pada Sabtu (09/03/2019).

Pengasuh Pesantren Tebuireng menyampaikan bahwa di pesantren banyak ustadz dan ustadzah yang menjadi juru dakwah bagi masyarakat sekelilingnya. Atas hal ini, menurut Gus Sholah mereka bisa dimanfaatkan hal itu untuk kampanye masalah kesehatan melalui kegiatan-kegiatan santri seperti di Tebuireng ada Kumpulan Dai Tebuireng (Kudaireng), Komunitas Photography Tebuireng (Kopiireng) dan lain sebagainya.

“Kami sudah menjalankan program promosi kesehatan yang meliputi prolanis, bimbingan Unit Kesehatan Sekolah, Penyuluhan Kesehatan, Pelatihan Santri Husada, Pembinaan Kantin Sehat, Ro’an (Kerja bakti) kebersihan, Medical Check. Prolanis dilakukan satu bulan sekali untuk pasien kronis (senam, penyuluhan, pemeriksaan gratis). Penyuluhan kesehatan meliputi pembinaan kader juru basmi jentik, penyakit TBC, penyakit menular, penyuluhan demam berdarah dan kesehatan remaja. Pembinaan kantin sehat meliputi penyadaran untuk tidak menggunakan bahan pengawet, pemanis, perasa, dan pewarna,” ungkap Pengasuh Pesantren Tebuireng ini.

Dalam sambutannya, Gus Sholah mengungkapkan bahwa pesantren merupakan lembaga yang berpotensi untuk dijadikan mitra dalam mengkampanyekan kesadaran sebagai upaya pencegahan penyakit. Tetapi tidak mudah untuk menggali potensi itu, menurutnya.

Majalah Tebuireng

“Menurut kami, pesantren merupakan lembaga yang berpotensi untuk dijadikan mitra dalam mengkampanyekan kesadaran dalam upaya pencegahan penyakit. Tetapi tidak mudah untuk menggali potensi itu. Yang perlu mendapat perhatian ialah bagaimana cara yang efektif dalam menumbuhkan kesadaran itu. Peran psikolog dan ahli komunikasi dalam mengatasi masalah tersebut amat penting,” terangnya.

Saat ini, lanjut Gus Sholah, Tebuireng baru mulai membangun Rumah Sakit Hasyim Asy’ari bekerja sama dengan Dompet Dhuafa dengan kapasitas 100 tempat tidur. Rumah sakit ini, kata adik Gus Dur ini, pada akhir 2019 RS tersebut sudah dapat beroperasi.

“Untuk pasien tidak mampu akan dibiayai oleh Dompet Dhuafa,” imbuhnya.

Sejak 2013 Pesantren Tebuireng bekerja sama dengan Persatuan Dokter Gizi dalam peningkatan dan pemantauan status gizi santri. Santri baru diukur tinggi badan dan ditimbang berat badan.

“Ternyata jumlah santri baru yang berat badannya di bawah standar di berbagai sekolah dan madrasah beragam, paling tinggi 12,5% dan paling rendah 3,2%. Yang berat badannya diatas standar juga tidak beda bsnyak,” tambah Gus Sholah.

Untuk mengawas perkembangan tinggi dan berat badan yang di atas dan di bawah standar dipantau setiap bulan oleh tim khusus.

“Kami melakukan perbaikan menu gizi sesuai arahan dokter gizi. Kami memberikan pil anemia kepada santri yang membutuhkan,” tegas cucu Hadratussyaikh KH M. Hasyim Asy’ari itu.

Selain itu, Gus Sholah menerangkan, Pesantren Tebuireng juga bekerja sama dalam Pelatihan Gizi (TOT) untuk meningkatkan peran Pesantren TBI sebagai Pusat Program Percepatan Perbaikan Gizi bagi pesantren lain di Jawa Timur. Pelatihan itu dilakukan di kabupaten Jombang, Nganjuk, Bojonegoro, Ponorogo, dan kota Surabaya.

“Kami juga melakukan penyuluhan gizi di beberapa sekolah Islam di Jombang. TOT ini bermanfaat karena banyak pesantren yang pengetahuan dan kesadarannya masih kurang tentang kesehatan khususnya masalah gizi,” ungkap Gus Sholah.

Pewarta: Nazhatus Zamani
Publisher: RZ