Pengasuh Pesantren Tebuireng menyampaikan ceramah dalam Dzikir Nasional oleh Republika pada Ahad (31/12/2017) di Masjid at Tiin Taman Mini Indah Indonesia Jakarta Timur. (Foto; Hanivan)

Tebuireng.online— Unsur terpenting dalam menjaga keutuhan bangsa Indonesia adalah rasa mencintai dan rasa memiliki Bangsa Indonesia. Sejak puluhan tahun silam, umat Islam, terutama di pesantren-pesantren, dikenal memiliki istilah “Hubbul Wathon Minal Iman” yang harusnya tak hanya sekedar ucapan, tetapi diwujudka dalam perbuatan.

Hal itu disampaikan oleh Pengasuh Pesantren Tebuireng, KH Salahuddin Wahid atau Gus Sholah dalam acara Dzikir Nasional yang diadakan oleh Republika pada Ahad (31/12/2017) di Masjid at Tiin Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur. Dzikir tahunan tersebut diisi dengan ceramah beberapa ulama dan kiai dengan mengusung tema Perkuat Silaturahim Untuk Keutuhan Bangsa.

Gus Sholah juga menjelaskan bahwa, sekarang terdapat potensi yang bisa merusak keutuhan bangsa. Untuk mencegah itu, menurut adik Gus Dur itu, perlu adanya penguatan silaturahim dan pengeratan hubungan antar sesama mukmin. “Innamal Mu’minunaa ikhwah, mukmin itu bersaudara,” kata Gus Sholah dengan mengutip penggalan ayat dalam surat al Hujuraat.

Gus Sholah menyampaikan bahwa ada suatu golongan yang dikatakan oleh Rasulullah SAW sebagai golongan yang mendapatkan tempat istimewa di surga. “Yaitu orang yang saling mencintai, menyayangi dengan dasar keimanan dan ketakwaan, bukan hanya atas dasar keluarga,” jelas kiai yang mengaku menjadi pembaca setia Harian Republika sejak 25 tahun lalu, tepatnya sejak Republika berdiri pada 4 Januari 1993.

Tokoh NU itu juga menyayangkan adanya penolakan dakwah beberapa dai. “Tetapi, dibandingkan 800 ribu dai yang berdakwah di Indonesia, jumlah itu kecil. Kita tidak ingin ada pelarangan-pelarangan seperti itu oleh siapapun juga. Tetapi, sebaliknya kita juga berharap agar para dai mengoreksi dirinya baik berupa materi yang disampaikan ataupun cara penyampaiannya,” tegas beliau.

Majalah Tebuireng

Putra Pahlawan Nasional KH A Wahid Hasyim itu, juga menyayangkan keadilan sosial di masyarakat yang belum berjalan dengan baik, sehingga kebiasaan-kebiasaan buruk di masyarakat masih sering terjadi, termasuk korupsi. “Kebiasaan korupsi di masyarakat dipicu kebiasaan berbohong, kejujuran menjadi sangat langka” tutur gus Sholah.

Kegiatan yang diikuti oleh ribuan umat Islam itu, juga menghadirkan beberapa tokoh dan ulama, seperti KH M. Arifin Ilham, Sekjen MUI Tengku Dzulkarnaen, Sekretaris Umum Muhammadiyyah KH Abdul Mu’thi, Qori’ al Quran Ustadz Muzammil Hasballah, dan lain-lain.

Di akhir acara, Republika mengumumkan hadiah doorprize berupa umroh bagi tiga orang jamaah yang beruntung. Selain itu, kegiatan ini juga dilanjutkan dengan Qiyamul Lail bersama di masjid yang didirikan oleh Presiden ke-2 RI, Soeharto itu.


Pewarta:            Rizky Hanivan

Editor/Publisher: M. Abror Rosyidin