Pengasuh Pesantren Tebuireng, KH. Abdul Hakim Mahfudz (Gus Kikin) memberi sambutan dalam rangka memperingati 40 hari wafatnya Gus Sholah. (foto: Aqila)

Tebuireng.online—Dalam rangka memperingati 40 hari wafatnya Almarhum KH. Salahuddin Wahid (Gus Sholah), Pesantren Tebuireng menyelenggarakan acara kirim doa dan tahlil bersama yang dihadiri beberapa tokoh, ribuan santri, dan masyarakat sekitar. Serangkaian kirim doa dimulai dengan Khotmil Al-Qur’an, pembacaan Tahlil dan Yasin, sambutan keluarga, sahabat, dan para tokoh.

Pada kesempatan tersebut, KH. Abdul Hakim Mahfudz sebagai Pengasuh Pesantren Tebuireng yang menggantikan Gus Sholah menceritakan bagaimana awal mula beliau ditunjuk oleh almarhum untuk meneruskan togkat estafet kepengasuhan di Pesantren Tebuireng.

“Sekitat 2015 Gus Sholah bertemu dengan saya. Pada saat itu obrolan kami masih seputar bisnis, maklum karena saya dan Gus Sholah sama-sama bergerak di bidang bisnis. Tetapi pada awal 2016, Gus Sholah meminta saya agar dapat menerima tongkat esatafet kepangsuhan Pesantren Tebuireng,” ungkap Gus Kikin sembari mengingat pertemua tersebut.

Gus Kikin melanjutkan ceritanya, pada saat penunjukan tersebut, Gus Kikin bertanya kepada almarhum, “kenapa saya yang ditunjuk sebagai pengasuh selanjutnya?” Gus Sholah menjawab, “karena kamu orang yang telah selesai dengan diri sendiri,” cerita Gus Kikin kepada ribuan hadirin.

Banyak hal yang telah di perjuangkan oleh Gus Sholah saat menjadi pengasuh. Hal tersebut didasari kuat dengan semangatnya dalam mewujudkan impian, yakni kesahjateraan umat. Semasa menjadi pengasuh, Gus Sholah telah berhasil mendirikan 15 unit cabang Pesantren Tebuireng yang hampir tersebar di penjuru Indonesia.

Majalah Tebuireng

“Tidak hanya itu saja. Gus Sholah pun mendirikan sebuah rumah produksi film, lembaga sosial. Dan terakhir beliau bercita-cita mendirikan sebuah rumah sakit yang saat ini sedang di bangun,” imbuhnya. Saat itu, Gus Kikin menyampaikan kepada hadirin bahwa tugas kita semua adalah meneruskan perjuangan alamrhum yang telah dibangun sedemikian rupa.

Pewarta: Dimas Setyawan