Tampak KH. Ma’ruf Amin, KH Mahfudz Syaubari, Muhammad Nuh, Prof. Imam Suprayogo duduk di barisan depan para ulama, habib, dan akademisi ketika pertemuan di PP. Riyadlul Jannah Pacet Mojokerto, Sabtu (22/01/2017). (Foto: Taufiq)

tebuireng.online—Sekitar 200 kiai, habib, ulama, dan akademisi berkumpul di Pondok Pesantren Riyadlul Jannah Pacet Mojokerto pada Sabtu (21/01/2017). Agenda pertemuan tersebut membahas segala persoalan bangsa dan pemberdayaan ekonomi umat berbasis pesantren.

Dalam pertemuan tersebut, tampak hadir dari kalangan kiai dan ulama, Ketua MUI sekaligus Rais Syuriah PBNU KH. Ma’ruf Amin, Dr. Ir. KH. Salahuddin Wahid, KH. Soleh al Qasim, KH. Maksum (Bondowoso), KH. Nasiruddin (Tuban), Gus Munif (Langitan), Gus Zaim (Lasem), Gus Akomadhien (Brebes), Dr. KH. Fauzi Tidjani (Madura), serta para habib seperti Habib Husen al Idrus, Habib Soleh, Habib Muhsin al Jufri, dan lain-lain.

Beberapa akademisi juga ikut hadir di antaranya Mantan Mendiknas Prof. Dr. Muhammad Nuh, Rektor Universitas Brawijaya Malang Prof. Dr. M. Bisri, Ketua Yayasan Universitas Hasyim Asy’ari (Unhasy) Prof. Dr. Imam Suprayogo, Rektor Unipdu Jombang Prof. Dr. Ahmad Zahro, Mantan Ketua DPR RI Dr. H. Marzuki Ali, Ir. H. Heppy Trenggono, dan lain-lain.

Beberapa rumusan dan kesepakatan telah didengungkan dalam pertemuan tersebut menyikapi kondisi terkini keumatan dan kebangsaan. Mulai dari bidang politik, sosial, budaya, ekonomi, bahkan hingga keamanan dan pertahanan bangsa.

Prof. Dr. Bisri, Rektor Universitas Brawijaya Malang mengatakan perlunya sinergi antara akademisi perguruan tinggi dan santri. Banyak hasil riset perguruan tinggi yang bisa dimanfaatkan oleh pesantren. Beliau juga menegaskan bahwa akses pesantren kepada perguruan tinggi harus dibuka, karena ia mengakui SDM pesantren rata-rata lebih unggul. “Selama ini mereka tidak banyak diberi kesempatan. Ini tidak adil,” ungkap beliau.

Majalah Tebuireng

Sementara itu, Prof. Dr. M. Nuh menyoroti pentingnya pemetaan peran dan strategi keumatan. Menurut mantan Menteri Pendidikan Nasional tersebut, Potensi besar, apabila pemetaannya tidak tepat dan tidak strategis, maka tidak dapat merubah posisi umat Islam yang semakin mundur. Ia juga sepakat dengan Prof. Bisri bahwa perlu adanya sinergi perguruan tinggi dengan pesantren. Maka, ia mendorong para rektor untuk membuka akses seluas-luasnya kepada santri. Baginya, salah satu aset sumber daya manusia harapan bangsa di masa depan adalah para santri.

Habib Muhsin al Hamid dalam sambutannya menginginkan agar forum-forum seperti ini harus terus digalakkan. Menurut beliau, hal ini adalah jembatan hati umat yang berkiblat pada Rasulullah SAW. Habib juga menyoroti umat Islam yang dirundung banyak masalah, tetapi tidak  pernah selesai. Hal itu, lanjut beliau, disebabkan oleh ulamanya tidak pernah ketemu. “Yang penting adalah ketemu hati, baru pikiran. Maka, harus ada orang yang amanah untuk menghimpun potensi dan mempersatukan umat ini,” kata Habib Muhsin.

Tak hanya itu, Habib Muhsin juga mengatakan bahwa potensi umat yang harus digarap adalah sektor maritim, peternakan, dan agrobisnis. Bidang-bidang tersebut semala ini diabaikan umat.  Padahal bagi beliau, bidang-bidang itu mempunyai kekuatan yang strategis. Habib yang punya NabawiTV ini menyoroti pula kelemahan umat dalam media sehingga selalu menjadi korban.

KH. Ma’ruf Amin mengingatkan para ulama tentang dua tanggungjawab, yaitu tanggungjawab keumatan dan kebangsaan. Cicit Syaikh Nawawi Banten ini pun menegaskan bahwa jika dulu merebut kemerdekaan melalui gerakan politik saja, maka sekarang gerakan yang harus dilakukan adalah politik dan ekonomi. Kiai Ma’ruf juga menungkapkan bahwa umat melalui saluran yang ada harus mendesak pemerintah untuk membuat regulasi yang berpihak pada umat sehingga harus terus didesak dan dikawal.


Pewarta:   Aros

Editor:      Munawara

Publisher: M. Abror Rosyidin

Sumber:  KH. Anang Rikza Masyhadi