Oleh: Naila Nur Indah*

Siapa yang tak kenal Fatimah Az-Zahroh, ratu dari segala Sayyidah ini, putri bungsu Rasulullah yang mendapati julukan Ummu Abiha (Ibu dari Ayahnya)  karena hanya Sayyidah Fathimah satu – satunya putri Rasulullah yang tinggal bersama Rasulullah selepas wafatnya Sayyidah Khadijah.

Tak lain julukanya juga adalah Al-Batul bermakna orang yang memutuskan hubungan dengan dunia semata-mata hanya untuk beribadah kepada Allah SWT. Rasulullah melalui wahyu sudah mengetahui bahwa Sayyidah Fatimah yakni putrinya ini yang akan meneruskan keturunanya. Tidak cukup di situ kesempurnaan sosok Sayyidah Fatimah Az-Zahroh, kesempurnaan Sayyidah Fatimah Az-Zahroh dibaluti oleh sifat kerendahan yang beliau tangguhkan pada dirinya sendiri. Seperti apa kisah kesederhanaan dan kezududan Sayyidah Fatimah ? Mari simak kisahnya di bawah ini.

Suatu hari Baginda Rasulullah SAW mendatangi rumah Sayyidah Fatimah Az-Zahroh, sesampainya Rasulullah di depan pintu rumah putrinya, Rasulullah memegangi 2 tiang pintu dan tampak oleh Rasulullah tirai yang menutupi pintu rumah yang dijadikan oleh Sayyidah Fatimah sebagai hiasan. Mendapati hal tersebut, Rasulullah SAW seketika itu kembali dan mengurungkan niat untuk berkunjung kepada Sayyidah Fatimah Az- Zahroh.

Akan tetapi hal tersebut diketahui oleh Sayyidina Ali, tak lain adalah suami Sayyidah Fatimah, berkata Sayyidina Ali, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya putrimu Fatimah akan merasa berat hati apabila engkau datang ke sini akan tetapi tidak berkenan masuk”. Dijawab oleh Rasulullah SAW,  “Dan sesungguhnya aku lebih berat untuk masuk, bagaimana tidak? Sedang kalian sudah memiliki dunia”.

Majalah Tebuireng

Dalam pandangan Rasulullah, tirai tipis  yang ditanggalkan oleh Sayyidah Fatimah sebagai hiasan tersebut termasuk kemegahan dunia. Diceritakan bahwa rumah Sayyidah Fatimah merupakan rumah yang terbilang sangat kecil, luas kamar berukuran kurang lebih sekitar 2,5 x 2 meter semuanya tidak sampai 5 meter dan tinnginya tidak sampai 2 meter.

Dijelaskan pula bahwasanya kamar tidur Sayyidah Fatimah hanya terdiri dari pasir halus yang digelarkan sebagai permadani, sedangkan untuk bantalnya berupa kulit yang di dalamnya dipenuhi pelepah kurma dan selimutnya cukup untuk menutup kepala Sayyidah Fatimah dan Sayyidina Ali. Kemudian apabila digunakan untuk menutup kaki mereka, maka kepala mereka akan tidak terselimutkan. Adapun bentuk lemari Sang Putri Rasulullah SAW adalah ditancapkanya sebatang kayu dintara 2 dinding untuk meletakkan pakaian mereka dan sebagai tempat untuk menggantungkan air serta barang-barang mereka.

Baginda Rasulullah SAW sebagai utusan sekaligus utusan Allah SWT telah mengabarkan bahwasanya urusan dunia memang tidaklah pantas bagi Rasulullah dan keluarganya. Oleh karena itu Rasulullah sangatlah tidak ikhlas atau sangat mewanti-wanti terutama kepada putrinya Sayyidah Fatimah untuk tidak mengambil sedikitpun dari kemegahan dunia.

Kembali kepada cerita tirai hiasan Sayyidah Fatimah tadi, mendengar penolakan Rasulullah untuk memasuki rumah Sayyidah Fatimah menimbulkan kegelisahan tersendiri bagi Sayyidah Fatimah. “Wahai suamiku, sesuatu apa yang bisa aku lakukan?” ucap Sayyidah Fatimah kepada Sayyidina Ali. Kemudian Sayyidina Ali beranjak menghampiri Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah, lantas apa yang dapat kami lakukan atas tirai tersebut?”.

Rasulullah SAW menjawab, “Suruh Fatimah untuk melepaskan tirai tersebut kemudian berikanlah tirai tersebut kepada salah satu keluarga kabilah Fulan”. Dan seketika itu pula Sayyidah Fatimah melepaskan tirai tersebut dari kaitannya dan pergi untuk menyedekahkan tirai tersebut.

Tak cukup di kisah ini, sesekali Rasulullah datang kembali ke rumah putrinya dan kemudian melihat putrinya mengenakan kalung emas di lehernya, dan Rasulullah SAW berkata kembali, “Wahai putriku, janganlah engkau mudah tertipu akan tipu daya jika seseorang mengatakan Fatimah putrinya Muhammad sedangkan engkau mengenakan perhiasan penguasa yang durhaka”.  Tidak sampai selesai perkataan Rasulullah, Sayyidah Fatimah segera mencopot kalungnya dan berlari keluar untuk menjual kalung tersebut, adapun hasil dari penjualanya tersebut ia gunakan untuk memerdekakan hamba sahaya.

Begitulah sekelumit kisah mengenai kezudan keluarga Rasulullah dan bagaimana sikap Rasulullah kepada putrinya Sayyidah Fatimah Az-Zahroh dalam didikan kesederhanaan. Bila diungkap, termasuk keluarga yang berada atau tidak Rasulullah? Maka jawabanya adalah bahwasanya Rasulullah adalah keluarga yang berada akan tetapi Rasulullah tidak menghendakinya. Karena Rasulullah ingin menjaga kesucian pada diri Rasulullah beserta keluarganya dari hal – hal berbau urusan dunia, karena menurut Rasulullah dunia tidaklah pantas baginya dan keluarganya.


*Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari

[fb_plugin comments width=”100%”]