sumber ilustrasi: wordpress.com

Oleh: Zakiya Nafsiyah*

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr:18)

“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (QS. Al-Jumuah: 10)

Merencanakan perjalanan hidup adalah sebuah bentuk nyata bahwa kita sebagai manusia menghargai kehidupan yang telah Allah berikan. Kita sebagai hamba mengerti dengan pasti bahwa hidup di dunia ini tidak abadi.

Ayat Al-Quran di atas telah Allah sampaikan dengan jelas, bahwa merencanakan hari esok adalah sebuah bentuk dari ketakwaan seorang hamba. Berdasarkan hal tersebut perlu adanya perencanaan. Sebab kita hidup dalam ketidakpastian.

Majalah Tebuireng

Tidak ada yang tahu dengan pasti kapan kita akan berhenti melangkah di dunia yang fana ini, kecuali Allah. Maka dengan segala ketidaktahuan kita, merencanakan kehidupan adalah sebaik-baiknya cara untuk memanfaatkan waktu yang singkat dengan membuat diri produktif, menghasilkan sebanyak-banyaknya pahala.

Apa jadinya jika kita tidak pernah merencanakan hidup? Tidak pernah merancang kebaikan-kebaikan apa yang harus diperbuat? Tidak pernah menargetkan pencapaian apa yang harus dicapai? Bukankah hidup akan terasa datar?

Masihkah kita mengikuti gaya lama? Hidup seperti air mengalir? Ya, benar terkadang menikmati hidup seperti air mengalir itu salah satu platform agar hidup nampak santai. Tapi kita juga harus ingat tak selamanya air itu mengalir pada sumber yang bermuara jernih dan sejuk.

Jadi tak ada salahnya untuk merencanakan bukan? Menurut saya, gagal dalam merencanakan berarti merencanakan kegagalan. Karena setiap jiwa manusia pasti punya potensi. Tinggal bagaimana cara kita menggali potensi itu sendiri.

Hal pertama kali yang harus kita sadari adalah alasan mengapa hidup dan hadir di dunia ini begitu penting. Dengan menganggap diri ini penting, berarti, dan dibutuhkan oleh banyak orang, maka kamu akan memiliki alasan kuat sebagai penyemangat ketika suatu saat nanti mungkin titik lelah dan kekecewaan datang menghampiri diri, sehingga bisa saja kita berpikir untuk berhenti melangkah.

Alasan yang kuat adalah kunci untuk tetap terus bertahan. Satu hal yang harus tertanam dalam hati adalah sebaik-baik perencanaan manusia, rencana Allah tetaplah yang terbaik. Maka tidak boleh ada kekecewaan ketika ekspektasi kita tidak sesuai dengan realita kelak.

Tugas seorang hamba hanyalah berusaha sebaik mungkin. Masalah takdir itu sudah kehendak Allah, sebab Dia Maha Mengetahui sebesar apa kadar rezeki itu pantas kita terima. Namun, jika kita saja tidak membuat rencana, bagaimana kita tahu Allah akan memberikan kita yang terbaik? Sebab rencana adalah sebuah bentuk dari usaha. 

Manusia diperintahkan untuk berusaha bukan? Tentunya Allah senang dengan hambanya yang suka berusaha, dibandingkan dengan hamba yang hanya berpangku tangan menerima nasib. Kerap sekali saya jumpai orang-orang yang kurang setuju bahwasanya hidup itu butuh perencanaan.

Memang tidak semua orang itu berani dalam bermimpi, tugas kita hanya saling toleransi akan perbedaan pendapat dan tetap berusaha membuktikan hal tersebut dengan bumbu-bumbu keistikamahan dan keikhlasan. Maka dari itu, tulisan ini saya buat untuk menjelaskan sebuah esensi dari perencanaan versi saya.

Jadilah versi terbaik dari diri kita sendiri dan plan your life.

*Mahasiswa IAIN Pamekasan Madura.