Gus Irfan Asyari Sudirman atau Gus Ipang Wahid menyampaikan materi dalam seminar ‘Ekonomi Kreatif sebagai Tulang Punggung Ekonomi Indonesia’ yang diadakan oleh BEM Universitas Hasyim Asy’ari (Unhasy) di Gedung KH. M. Yusuf Hasyim lantai 3 pada Ahad (19/03/2017). (Foto: Deka Pranata)

Tebuireng.online– Mengingat pentingnya ekonomi kreatif di era modern saat ini, Gus Irfan Asyari Sudirman atau Ipang Wahid yang merupakan putera pertama KH. Salahuddin Wahid, berkesempatan mengisi acara Seminar Nasional dengan tema “Ekonomi Kreatif sebagai Tulang Punggung Ekonomi Indonesia” yang diadakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi Universitas Hasyim Asy’ari (Unhasy) Tebuireng Jombang, Minggu (19/3/2017).

Menurut Gus Ipang, sapaan akrab beliau, perubahan pesat dunia digital saat ini harus diikuti dengan pemanfaatan yang dengan baik pula. “Kalau kita tidak ikut zaman, maka ketinggalannya akan jauh,” ungkap pria yang sekarang merupakan anggota Komite Ekonomi dan Industri Nasional dan Dewan Penasehat Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin-Indonesia) di hadapan ratusan Mahasiswa Unhasy yang memadati Lantai 3 Gedung KH. M. Yusuf Hasyim.

Secara lugas, Direktur Eksekutif Fastcomm itu memberikan penjelasan terkait ekonomi kreatif yang diusung oleh panitia, “Industri Kreatif adalah sebuah industri yang dibangun oleh ide dan kreatifitas sebagai modal utama untuk menciptakan nilai ekonomi,” jelas Gus Ipang yang juga merupakan Ketua POKJA Industri Kreatif itu.

Anggota Dewan Pakar Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) itu juga mengungkapkan alasan kenapa saat ini pasar (masyarakat) harus melirik industri kreatif. Menurutnya sebab utamanya adalah kreasi seseorang lebih dibutuhkan daripada Sumber Daya Alam yang akan lambat laun habis dan tergerus. “Faktor pertama adalah karena kreasi bukan merupakan SDA, kemudian tren perekonomian global, penyerapan tenaga kerja, dan investasi SDM sebagai aset jangka panjang,” imbuh cicit Pendiri NU, Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari itu.

Gus Ipang juga membeberkan bila minat kewirausahaan masyarakat Indonesia masih sangat rendah, 3,1 % dari jumlah penduduk di Indonesia, dengan kisaran hanya 7,8 juta jiwa yang melakoni pekerjaan sebagai wirausahawan. Angka tersebut menurutnya lebih rendah daripada Negara Malaysia, Singapura, Jepang, China, dan Amerika Serikat.

Majalah Tebuireng

Beliau juga memberikan tips jitu untuk para wirausahawan pemula bahwa yang terpenting adalah berpikir menurut kerangka pasar. “Berpikirlah menurut kerangka berpikir pembeli, bukan berpikir menurut keinginan kita. Selain itu, dengan membuat produk yang unik dan relevan dengan kebutuhan harus diikuti dengan data yang diperoleh dari research terlebih dahulu,” ungkap lelaki lulusan The Art Institute of  Seattle, Amerika Serikat dan Institute Kesenian Jakarta  tersebut.


Pewarta:    Rif’auz Zuhro

Editor:       Munawara

Publisher:   M. Abror Rosyidin