Oleh: Firda Dwi*

Sebagai seorang muslim yang terpelajar, tentunya kita wajib menuntut ilmu atau thalab al-‘ilmi. Rasulullah SAW dalam sebuah hadits telah menjelaskan tugas dan tanggung jawab muslim untuk menuntut ilmu

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَوَاضِعُ الْعِلْمِ عِنْدَ غَيْرِ أَهْلِهِ كَمُقَلِّدِ الْخَنَازِيرِ الْجَوْهَرَ وَاللُّؤْلُؤَ وَالذَّهَبَ

Artinya: “Mencari ilmu adalah kewajiban setiap Muslim, dan siapa yang menanamkan ilmu kepada yang tidak layak seperti yang meletakkan kalung permata, mutiara, dan emas di sekitar leher hewan.” (HR Ibnu Majah).

Dalam menuntut ilmu, ada hal yang perlu diingat bahwasanya menuntut ilmu juga harus memiliki adab dan etika. Mengenai hal ini, Syaikh Az-Zarnuji di dalam kitabnya tersebut menuliskan sebuah syair dari Sayyidina ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu., dua bait syair yang artinya “Ingatlah! Engkau tidak akan mendapatkan ilmu kecuali dengan memenuhi enam syarat. Saya akan beritahukan keseluruhannya secara rinci. Yaitu kecerdasan,  kemauan,  sabar,  biaya, bimbingan guru dan waktu yang lama.”

Majalah Tebuireng

Semuanya tergantung dari niat

Keberhasilan seseorang dalam menuntut ilmu tergantung pada niat orang itu sendiri, niat yang baik. Rasulullah SAW pernah mengingatkan kepada umatnya tentang pentingnya berniat baik dalam sebuah hadist:

إنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إلَى مَا هَاجَرَ إلَيْهِ

Artinya: “Sebuah perbuatan dinilai berdasarkan motivasinya (niyyah), dan tiap orang mendapatkan apa yang diniatkan. Mereka yang hijrah karena Allah dan RasulNya maka Allah SWT dan RasulNya akan membalas orang tersebut, namun mereka yang hijrah karena hal yang bersifat duniawi atau wanita yang akan dinikahi maka dia akan mendapatkan hal tersebut.” (HR Bukhari dan Muslim).

Mencari seorang guru

Dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim: Thariq at-Ta’allum, salah satu kitab klasik populer tentang pedoman belajar, Syaikh Az-Zarnuji mengatakan bahwasanya seorang muslim ketika hendak belajar atau berguru maka ia harus memperhatikan beberapa hal .

Telah dijelaskan pada kitab Ta’lim al-Muta’allim halaman 13:

Yang pertama, yang harus diperhatikan itu memilih orang yang berilmu tinggi dan berpengetahuan luas. Seorang guru yang baik ialah dia yang memiliki keluasan ilmu, wawasan dan pengetahuan serta memiliki keahlian dalam bidangnya. Jika ingin belajar tafsir, fikih, hadits maka datangilah kepada seorang ulama yang kompeten dan jika ingin belajar biologi, geografi, fisika maka datangilah ahlinya.

Kedua, memilih orang yang paling wara’. Wara’ di sini artinya mampu menghindar dari melakukan hal yang haram ataupun keburukan. Ini sangat penting karena berapa banyak doktor, insinyur, pejabat pemerintah yang berilmu tinggi namun melakukan tindak kejahatan seperti korupsi, suap, menindas rakyat kecil akibat tidak ada sebuah pertanggungjawaban dari mereka akan ilmu yang telah didapatkan.

Ketiga atau terakhir, memilih orang yang lebih berumur. Hal ini membuat seorang pelajar lebih takzim dan hormat kepada gurunya sebagaimana perintah Rasulullah agar menghormati orang yang lebih tua. Meskipun belajar kepada orang yang sebaya ataupun lebih muda boleh-boleh saja, akan tetapi hal tersebut akan mengurangi rasa takzim dan hormat. Juga biasanya, orang-orang yang berumur lebih kaya akan pengalaman sehingga patut untuk ditimba ilmunya.

Sebagaimana Imam Abu Hanifah yang memperhatikan kredibilitas tersebut sebelum akhirnya mantap memilih Syaikh Hammad bin Abi Sulaiman sebagai salah satu gurunya sehingga manfaatnya beliau menjadi salah satu ulama mazhab yang masyhur di kalangan umat Islam.


*Mahasiswi Universitas Hasyim Asy’ari