tebuireng.online- Jombang – Siapa tidak mengenal Ibnu Sina, al-Jahiz, al-Zuhr, dan al-Razi? Mereka adalah ilmuan-ilmuan islam dalam bidang kedokteran. Namun dalam perkembangan selanjutnya, islam seakan mati dan cenderung stagnan dalam menghadapi gerusan persaingan. Pesantren sebagai lembaga islam tertua di Indonesia dituntut untuk bisa membangkitkan kedokteran islam dan mengembalikan kejayaan itu. Itulah yang dimotivasikan dr. Amin Shobari kepada para santri di Masjid Tebuireng tadi malam (08/09) dalam acara silaturahmi dzurriyah KH Hasyim Asy’ari.

dr. Amin Shobari saat ditemui setelah memberikan motivasi kepada para santri memberikan pemaparan,”Jadi tidak boleh ditanya masihkah ada kesempatan, jelas ada. Islam harus merebut. Kemampuan pasti ada, apalagi kita sebagai umat Islam selain kita punya kekuatan yang sifatnya akal, kemampuan belajar, IQ, dll, kita ada Allah, dibelakang kita. Tentu justru kita lebih ensip. kalau ghairu islam itu maju karena otaknya yang dipakek tapi kita justru di tuntun oleh Allah, melalui Alquran atau Alhadis”, papar beliau menjawab pertanyaan wartawan Tebuireng Online.

Beliau juga menegaskan bahwa pesantren seharusnya mampu merebut moment itu. Disamping karena pesantren sudah sering menkaji khazanah keagamaan, pesantren juga punya sumber daya manusia yang seharusnya di godok dengan baik. “Tantangan terbesar adalah bagaimana santri-santri mengusai ilmu-ilmu itu. Kita juga harus menguasai supaya  tidak hanya orang non-islam yang mengusai ilmu. Karena dunia akan takluk apabila kita menguasai ilmu”, tambah beliau ketika ditanya soal tantangan santri dalam mengembangkan keilmuan.

dr. Amin Sobari juga menyoroti NU dalam bidang kesehatan dan kedokteran. ” Menurut saya NU masih rendah dalam hal medis”ungkap belau. Lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya itu juga mengaku pernah ditawari PBNU untuk mengurusi rumah sakit NU. Namun beliau menolak karena alasan masih belum pas. “Yang ada Cuma data pemilu dibilang bahwa jumlah orang NU itu sekian juta, juga dipakai pemimpinnya untuk naik jabatan. Kalau si pemimpinnya pas benar, nggak masalah. Dia nanti untuk kemaslahtan umat. Kemudian kalau misalnya naik terus di atas korupsi  ya sama saja melarat rakyatnya seperti dulu, pendidikan lemah seperti dulu”, ujar beliau.

Acara yang dihadiri oleh Kepala Pondok, Gus Irfan Yusuf, beberapa asatidz dan pengurus pondok Pesantren Tebuireng itu, berjalan lancar. dr. Amin yang merupakan putra dari salah satu Kyai besar KH Sobari yang masih keluarga Tebuireng adalah seorang pakar Kanker dan Tumor. “Saya juga santri dan dulu saya mengaji seperti kalian. Bahkan pernah  hafal alfiyah, eh sekarang jadi dokter”, tutur beliau di depan para santri.

Majalah Tebuireng

Harapan beliau santri-santri, khususnya santri Tebuireng, mampu mengambil alih kesempatan besar itu. Sehingga umat islam akan semakin maju dan bermanfaat bagi sesamanya.(abror)