Sumber foto: http://www.hukumonline.com

Oleh: RZ*

Tak ada kesaksian

Masih samar-samar diingatan

Siapa dia, bagaimana hidup dan matinya dimakamkan

Hanya cerita dari orang ke orang kami dengarkan

Majalah Tebuireng

Mereka disebut pahlawan

Namun aku tidak tahu wajah

Tak meraba tubuh

Dan tak mencium keberadaan

Namun aku telah berdiri tenang damai di bumi pertiwi yang mereka perjuangkan, atas nama persatuan, kemakmuran, dan kebebasan hidup berbangsa dan bernegara, bernama bumi Indonesia

Hasil dari peluh doa dan gugur mereka di medannya

Hingga aku paham, mengapa mereka disebut pahlawan

Yang menceking teriak dan takbirnya

Surabaya yang panas dengan senjata dan debur debu menoreh wajah, menepis luka dipelipis usia

Semua padam, dingin, dengan lengking takbir darinya

Allahu akbar, Allahu akbar

Dada yang mendidih konon lenyap menjadi gigil dipeluk damai, memang tak mudah, tapi mereka telah membuktikan lesetiannya pada bangsa dan negara

Atas nama Indonesia, atas nama cinta dan pasrah dalam doa doa

Terima kasih pahlawan bangsa.

Ta’dzim dan doa tak akan pernah gugur meski usia sudah tak bisa dihitung sisanya.

Madura, 2018