sumber gambar: www.google.com

Oleh: Silmi Adawiyah*

Tawaduk merupakan salah satu sifat mulia yang didambakan oleh banyak orang. Mengapa demikian? Sebab dengan sifat yang tawaduk kita akan bisa melahirkan sikap-sikap mulia di dunia dan akhirat. Dengan memiliki sifat tawaduk tersebut, tentunya kita seperti ilmu padi, yaitu “kian berisi, kian merunduk”. Namun pada kenyataannya, sedikit saja orang yang benar-benar bisa memiliki sifat terpuji tersebut.

Disinilah kita bisa banyak berdoa agar Allah meridhai kita dan menjadikan kita hamba yang berhias tawaduk dalam hidupnya. Dalam kitab Irwa’ul Ghalil karya Muhammad Nashiruddin Al Albani tertulis sebuah doa yang berasal dari sabda Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, yang bisa membantu kita untuk bisa menjadi hamba yang tawaduk. Doa tersebut adalah sebagai berikut:

اللهم أحيني مسكينا وأمتني مسكينا واحشرني في زمرة المساكين

Allahuma ahyini miskinan, wa amitni miskinan, wahsyurni fi zumratil masakin

Majalah Tebuireng

“Ya Allah hidupkanlah aku dalam keadaan khusyu dan tawadhu dan matikanlah aku dalam keadaan khusyu dan tawadhu dan kumpulkanlah aku (pada hari kiamat) dalam rombongan orang-orang yang khusyu dan tawadhu.” (HR Tirmidzi)

Doa tersebut bisa menjadi senjata ampuh bagi setiap muslim yang menginginkan dirinya menjadi hamba yang tawaduk. Mengapa banyak dari kita menginginkan agar dapat memiliki sifat tawaduk? Ketahuilah bahwa hamba yang tawaduk itu akan mendapatkan kemulian di dunia dan akhirat.

Kemulian tersebut bukan tujuan awal dari tawaduk itu sendiri, melainkan hadiah dari Allah yang memang disediakan untuk hambanya yang bisa tawaduk. Tidak perlu berpura-pura baik di depan mata manusia, namun Allah akan derajatnya di dunia dan di akhirat.

Keterangan tersebut merujuk pada sebuah hadis yang berasal dari Abi Hurairah, ia berkata bahawa Nabi Muhammad bersabda:

ما نقضت صدقة من مال وما زاد الله عبدا بعفو الا عزا وما توضع أحدا لله الا رفعه الله

“Sedekah tidaklah mengurangi harta. Tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba sifat pemaaf melainkan akan semakin memuliakan dirinya. Dan juga tidaklah seseorang memiliki sifat tawadhu’ (rendah diri) karena Allah melainkan Allah akan meninggikannya.” (HR. Muslim)

*Alumni Pesantren Walisongo Jombang.