Penampina lalaran Nadzam Alfiyah oleh santri Muallimin

tebuireng.online– Jumat (28/05/2016) sekitar pukul 19.30 WIB, Pesantren Tebuireng mengadakan Wisuda Takhasus dan Al Quran Binnadhar sebagai rangkaian dari acara Haflah Akhirussanah di depan Gedung KH. M. Yusuf Hasyim. Wisuda ini dikhususkan untuk pelajaran non formal, seperti mengaji kitab kuning dari tingkatan wustha dan ulya, serta membaca Al Quran dengan tartil. Acara ini dihadiri oleh pengasuh, pengurus, dan walisantri wisudawan.

Lantunan nadhom Alfiyah oleh santri Mualimin, diiringi musik yang merdu dan modern menjadi pengisi pra acara. Ditambah pembacaan surah-surah juz 30 oleh para santri kelas A pengajian Al Quran dengan tartil semakin meningkatkan suasana khidmat. Para santri masih tetap semangat mengikuti acara, meski di bawah guyuran hujan sejak sore hari.

Pembacaan ayat suci Al Quran dilantunkan oleh Imanul Fikr. Selanjutnya, beberapa santri menyanyikan lagu Hymne Tebuireng dengan didiikuti oleh seluruh hadirin.  Kepala Pondok, Drs. H. Ahmad Ainur Rofiq memberikan sambutan sekaligus menyampaikan laporan hasil pencapaian selama setahun ini. “Semoga para santri yang diwisuda ini menjadi anak yang baik dan bermanfaat, serta bisa menjadi tauladan di masyarakat”, kata beliau mengawali pembicaraan. Laporan yang dibacakan adalah menyangkut semua hal kegiatan yang ada di Tebuireng, mulai dari bidang formal, nonformal dan organisasi.

“Santri yang diwisuda tahasus berjumlah 45 kelas ulya, 24 kelas wustha dan wisuda Al Quran Binnadhar berjumlah 223 santri. Jumlah ini meningkat dibandingkan dari tahun kemarin yang berjumlah 219 santri,” sebut beliau menambahkan laporan.

Sambutan yang kedua disampaikan oleh Mudir Bidang Pesantren, H. Lukman Hakim. “Mudah-mudahan, kekurangan demi kekurangan sekarang ini menjadi barometer kita untuk meningkatkan kualitas kita di tahun depan. Kerja sama antara para wali santri dan asatidz dalam membimbing santri putra adalah sangat penting dirasakan,” kata beliau dengan semangat.

Majalah Tebuireng

Pengasuh Pesantren Tebuireng, Dr. Ir. KH. Salahuddin (Gus Sholah) menyampaikan amanah pengasuh. “Tentu orang bertanya, kenapa kok ada dua wisuda. Yang sekarang, malam dan wisuda besok, siang hari. Wisuda ini adalah wisuda dari ilmu keagamaan, sedangkan besok siang adalah wisuda sekolah,” ucap beliau menjelaskan. Gus Sholah juga menekankan masih banyak krisis yang melanda umat Islam di Indonesia, yang paling menonjol ternyata dalam bidang hal kemampuan membaca Al Quran.

Masuk pada acara inti, prosesi wisuda yang didampingi oleh kepala pondok, mudir kepesantrenan dan utusan al Azhar, Syekh Wahid. Para wisudawan dipanggil bergantian maju, menerima ijazah, diiringi oleh lantunan doa dan shalawat. Tidak cukup disitu, keseruan dan kekhidmatan semakin tampak, ketika seorang santri tampil membaca kitab kuning, membaca dengan lancar bak seorang kiai sedang mengajar santri-santrinya.

KH. Abdullah Kafabih Machrus Lirboyo menyampaikan mauidhah hasanah. “Tanda-tanda orang yang baik adalah dia yang mengaji, sebagaimana hadis Nabi Muhammad saw. Tapi kita juga tidak tahu, orang yang baik itu bagaimana dan orang yang dikehendaki Allah dalam kebaikan itu bagaimana. Tidak selalu anak kiai itu dikehendaki baik oleh Allah, tetapi orang baik bisa kita lihat dari isyarat Rasul dalam hadis-hadisnya,” kata beliau menyampaikan tausiyah. Acara ditutup doa oleh KH. Habib Ahmad sekitar pukul 22.30 WIB. (Sutan/Abror)