Drs. Ainur Rofiq Ketua Ikapete yang baru

Tebuireng.online— Ikatan Keluarga Alumni Pesantren Tebuireng (Ikapete) telah sah memilih pemimpin baru. Pada Munas  V Ikapete di Gedung KH. M. Yusuf Hasyim lantai 3 Pesantren Tebuireng, pada Sabtu (22/07/2017) lalu, peserta sidang telah memutuskan Drs. Ainur Rofiq sebagai nahkoda baru organisasi yang berdiri tanggal 27 Juni 2004 itu, untuk masa jabatan 2017-2020.

Melalui pemungutan suara anggota sidang, Drs. Ainur Rofiq unggul jauh dengna perolehan 31 suara atas pesaingnya, yaitu Pengasuh Pesantren Supercamp Laa Raiba Hanifida, Drs. KH. Hanifuddin  Mahadun, M.Ag., yang hanya mendapatkan 9 suara.

Didapuk sebagai ketum Ikapete, ia tentu punya rancangan program yang akan menjadi unggulan dalam masa jabatannya. Kepada Tebureng Online via WhatsApp, mantan anggota DPRD Gresik itu menjelaskan ada 3 item yang menjadi fokus perhatiannya.

“Program yang akan saya canangkan adalah, pertama penataan atau konsolidasi organisasi serta pembentukan Pimpinan Wilayah (PW) dan Pimpinan Cabang (PC) Ikapete se-Indonesia. Kedua, penguatan ekonomi para alumni. Ketiga, pengumpulan dana dari alumni untuk alumni,” terang alumnus SMA A. Wahid Hasyim tahun 1985 dan Unhasy 1991 itu.

Jika ditinjau lebih dalam lagi saat pembukaan Tahlil Akbar, Temu Alumni Ke-XII, dan Musyawarah Nasional Ke-V, KH. Abdurrahman Badjuri selaku alumni Pondok Pesantren Tebuireng tertua mengungkapkan bahwa Ikapete harus mampu mengembalikan Pesantren Tebuireng ke masa KH. Hasyim Asy’ari.

Majalah Tebuireng

Menanggapi permintaan alumni Tebuireng tertua saat itu, Drs. Ainur Rofiq memahaminya sebagai harapan pengembalian ideologi santri ke Ahlussunnah wal Jama’ah an-Nahdliyah yang sesuai dengan ajaran KH. Hasyim Asy’ari.

“Jika mengembalikan Tebuireng ke masa Mbah Hasyim, maka yang dikembalikan adalah ideologi santri pada pemikiran beliau yaitu Ahlusunnah Wal Jama’ah An-Nahdliyah,” kata Ketua Yayasan Masjid Baitul Hamdi Menganti Gresik itu.

Soal permintaan KH. Salahuddin Wahid kepada Ikapete untuk membuat daftar prigram bukan daftar keinginan, ia menerjemahkan, bahwa yang dimaksud adalah program yang sederhana, tetapi dapat terealisasi, bukan program yang muluk-muluk, tetapi hanya sebatas angan-angan.

“Program yang akan saya jalankan riil bukan program yang muluk-muluk, dan mampu mengukur kemampuan dari Ikapete sendiri. Dan yang terpenting program tersebut terealisasi,” jelas pria yang pernah menjadi Ketua CPISA (Correlatie Pelajar Islam Sunan Ampel) Surabaya-Gresik tahun 1985 itu.

Ditanya soal cara menjembatani hubungan Ikapete dengan alumni-alumni yang ada di daerah-daerah yang belum terjamah, ia menjelaskan akan mendata setiap alumni lewat PW dan PC bersangkutan memanfaatkan media WA, telepon, atau dari rumah ke rumah.

Ia juga mengomentari gerakan 10.000 perbulan peralumni sebagai langkah yang baik. Namun ia menegaskan bahwa gerakan itu hanya diperuntukkan bagi pesantren yang didirikan oleh alumni, buka untuk yang lain. “Penguatan ekonomi alumni bisa dengan koordinasi dengan pengusaha alumni yang sukses,” terangnya.

Beliau berharap pada kepengurusan Ikapete yang baru ini, mampu memperkuat Pesantren Tebuireng dan meneruskan perjuangan seluruh pengasuh dan sesepuh Pesantren Tebuireng.

“Saya Berharap, Ikapete wajib memperjuangkan cita-cita KH. Hasyim Asy’ari dan Pesantren Tebuireng serta bisa memperkuat Pesantren Tebuireng,” ucap pria yang pernah menjadi ketua Hikmatun Balighah (Himmah), organisasi gabungan beberapa organisasi daerah (Orda) di Pesantren Tebuireng yang sudah dihapus sejak 1990 itu.


Pewarta:            M. Tajuddin

Editor/Publisher: M. Abror Rosyidin