Oleh: Yayan Musthofa*

Alat kelamin manusia itu mempunyai dua fungsi utama. Pertama mengeksplorasi dan mengeksploitasi kenikmatan lantas dipersamakan dengan kenikmatan surgawi. Oleh Imam Al-Ghazali diistilahkan dengan idrākul laddzat. Kedua, untuk memamahbiakkan keturunan, baqāun nasl wa dawāmul wujūd.

Sebenarnya fungsional alat kelamin ini adalah turunan dari kekuatan syahwat yang merupakan salah satu menteri dalam birokrasi tubuh manusia. Persis dengan struktrur organisasi atau lembaga yang mayoritas mempunyai oknum dengan power yang diperhitungkan, tetapi rawan dengan tendensi distruktif (ifrāth). Karena oknum tersebut mempunyai kepentingan itu. Menteri syahwat juga demikian. Fungsionalnya tidak bisa dilengserkan dari birokrasi, tapi harus berhati-hati karena dia mempunyai tendensi distruktif.

Majalah Tebuireng

Tanpa kekuatan syahwat kelamin, keberlangsungan hidup manusia tidak akan berlanjut. Tidak akan lahir ulama, cendekiawan, dokter, insinyur, atau tokoh-tokoh dunia. Oleh karenanya bersikap tafrīth, mengambil jarak dengan menteri syahwat juga tercela (madzmūm). Yang berat dan dianjurkan adalah mengambil sikap moderat, i’tidāl. Memposisikan menteri sebagai menteri, bukan sebagai presiden.

Akan tetapi, seringkali motivasi di luar diri manusia itu menggelitik syahwat untuk memainkan perannya. Padahal ketika syahwat kelamin itu sudah bermain, maka sudah pasti susah untuk dicegah. Dzahaba tsulutsā ‘aqlihi, dua pertiga dari akal seseorang itu akan hilang. Seperti menggring sapi dengan tali kendalinya masuk kandang. Pada saat setengah tubuhnya masuk, lantas kita tarik ekornya untuk keluar kembali. Berat dan kemungkinan besar malah ditendang oleh kaki belakang sapi.

Faktor luar yang menjadi motivasi syahwat kelamin antara lain, adanya obat kuat untuk menjalin hubungan badan atau adanya kekuatan hukum negara yang kendor bahkan memberikan ruang untuk pelampiasannya. Dengan itu, nafsu seringkali terusik hanya ingin mencicipi. Akan tetapi yang perlu digarisbawahi, syahwat kelamin itu mempunyai sifat ifrāth. Ketika sudah mencicipi, dia ingin mengulangi kembali. Ada syauq, rasa rindu akan kenikmatan dan ingin berekspresi serta bereksplorasi lebih dari sebelumnya. Barangkali dari situ lahir LGBT, lahir berbagai macam gaya hubungan badan, membuat celah undang-undang yang bisa memberikan ruang gerak syahwat kelamin, dan seterusnya. Karena ingin bereksplorasi dan mengekspoitasi.

Dengan demikian, memposisikan menteri syahwat sebagai menteri di sini yang diharapkan. Tidak memberikan dia peluang untuk mengambil alih kepresidenan akal. Membatasinya sejak dari dalam pikiran agar tidak menjadi tindakan nyata adalah sikap berhati-hati, iḥtiyath dari terjadinya distruksi yang nyata. Apabila ada gelagat pemberontakan, maka harus segera dibubarkan dengan puasa dan nikah. Dua solusi itu yang ditawarkan oleh Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Hanya saja, konsep pernikahan juga sering diporakporandakan oleh syahwat kelamin dalam bentuk yang nyata. Direkayasa sedimikian rupa agar kelamin tetap jaya.


*Penulis adalah alumni Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang