Tebuireng.org Pemimpin yang hebat selain bertanggung jawab, ia juga harus menjadi teladan untuk anggotanya, hal tersebut bersumber dari karakter dan sikap baik yang tumbuh dari dirinya. Dalam rangka mencetak pemimpin yang berkarakter demikian, OSPI selaku wadah organisasi santri pondok putri Tebuireng mengadakan pelatihan leadership dan character building yang bertempat di aula Bachir Ahmad Gedung KH. M. Yusuf Hasyim lantai 3, pada Kamis (25/02/16).

Acara yang dilaksanakan selama dua hari ini diikuti oleh 77 peserta yang merupakan anggota OSPI, ketua kamar, ketua wisma, dan ketua ORDA di lingkungan pondok. Pelatihan ini difasilitatori oleh Tim Tebuireng Training Center (T2C) dengan sembilan pemateri yang pakar dalam bidang keorganisasian dan kepemimpinan.

Dengan tema meningkatkan potensi diri menjadi pribadi islami dan profesional dengan mengimplementasikan 5 prinsip dasar Tebuireng. Acara ini dibuat sesuai dengan visi misi OSPI. “Pelatihan leadership dan Character Building ini merupakan program unggulan dan agenda tahunan sesuai dengan visi misi ketua OSPI periode 15-16,” ungkap Laila Zumratul Azizah selaku ketua panitia.

“Pelatihan ini bertujuan untuk pengembangan diri, paling tidak santri harus bisa menjadi pemimpin besar di Indonesia, provinsi, kabupaten, atau paling tidak menjadi pemimpin yang baik untuk keluargnya sendiri, bahkan dirinya sendiri,” ungkap Ustadz Abdul Malik selaku ketua Tim Tebuireng Training Center.

Pembentukan karakter itu sangat penting dikarenakan membangun karakter, jiwa, dan hati itu bukan hal yang mudah. Seperti yang diungkapkan kepala Pondok Putri Pesantren Tebuireng, KH. Agus Fahmi Amrullah Hadziq. “Character building is never ending process yang tidak pernah berakhir selama manusia itu masih ada,” ungkap beliau. “Pelatihan character building ini hanya sarana bukan hasil akhir, karena hasil dari pelatihan ini harus diamalkan yang kemudian akan menjadi kebiasaan dan membudaya dalam diri,” tambah beliau.

Majalah Tebuireng

Acara pelatihan ini merupakan acara perdana yang berhasil dilaksanakan oleh pengurus santri pondok putri. Hal ini bernilai positif di mata Mudir pembinaan bidang pondok pesantren, H. Lukman Hakim, BA. “Pengurus pondok putri bisa membuat cara ini sedangkan pondok putra belum bisa,” pujinya. Beliau pun berharap agar para pengurus mampu menjadi kader pemimpim umat yang menjadikan amanat itu bukan sebagai beban tetapi tantangan.

“Jika amanat dan kepercayaan dari pengasuh sekali saja tidak dipegang maka akan lenyaplah selamanya, begitupula sebaliknya. Jika amanat tersebut dipegang teguh maka akan bernilai dan menjadi amal baik untuk kita yang tidak ternilai harganya” tambah beliau di akhir sambutan. (vevi/abror)