Oleh: Moch Luthfi Fajri*

Ramadan telah mencapai fase ketiga, 10 hari yang terakhir. Pada saat-saat itu, keberkahan semakin ditampakkan. Apalagi dengan adanya Lailatul Qadar, malam yang lebih baik dari 1000 bulan. Disunnahkan meningkatkan ibadah di akhir-akhir Ramadan, khususnya di malam-malam ganjil. Ibadah yang dimaksud bisa jadi adalah ibadah mahdhah, ibadah ghairu mahdhah, termasuk ibadah sosial. Semua itu adalah sebagai ungkapan cinta seorang hamba kepada Tuhannya dan sesama.

Seorang p pujangga berkata :

            الإنسان بلا محبة كاليل بلا نجم * و المحبة بلا قيد كالقهوة بلا سكر

Artinya: “Manusia tanpa cinta ibarat malam tak berbintang, cinta tanpa ikatan seperti kopi tanpa gula,”

Majalah Tebuireng

Ini menunjukan bahwa cinta adalah kodrat yang dimiliki oleh manusia. Manusia tanpa ada rasa cinta hidupnya tidak terang. Dunia ini tidak ada cinta yang kekal kecuali cinta kepada sang Ilahi, karena cinta kepada Allah adalah sebuah cinta hakiki, tidak bisa semua bisa mencapai kepda derajat ini, kecuali orang-orang yang benar-benar bersungguh-sungguh untuk mendapatkan cinta-Nya dengan memperbanyak amal kebaikan serta meninggalkan larangan-Nya. Mungkin kita mencintai harta, kedudukan wanita dan lain-lain, itu semua hanya cinta sementara dan bersifat fana semuanya pasti akan hilang dan meninggalkan kita.

Di Bulan Ramadan yang penuh berkah ini lah sebagai momentum untuk mendapatkan cinta Allah, dengan cara memanfatkan waktu dengan memperbanyak ibadah. Ada beberapa sebab serta cara untuk memperoleh cinta Allah yaitu:

  1. Membaca Al Quran dan men-tadabbur-i isi kandungan dalam Al Quran.
  2. Mendekatkan diri kepada Allah dengan ibadah sunnah seperti shalat tahajud, shalat dhuha, bersiwak dan lain-lain.
  3. Selalu mengingat Allah dalam keadaan apapun, baik dengan lisan, hati, perbuatan, maupun keadaan.
  4. Mendahulukan cinta Allah dari cinta kepda selain Allah.
  5. Menyepi dengan Allah dan berkumpul dengan orang-orang alim yang mencintai Allah.[1] ( Madariju as Salikiin halaman 11-12 )

Itu semua akan lebih mudah dilaksanakn pada Bulan Ramadan. Apalagi pada 10 hari yang terakhir. Mari kita lihat dan contoh prilaku orang yang mencintai Allah dan juga dicintai Allah, orang yang berpanutan kepada Baginda Rasulullah SAW. Di mana beliau sangat memanfatkan kesempatan pada 10 terakhir Bulan Ramadan serta bersungguh-sungguh mengerjakan amal ibadah. Seperti yang diriwayatkan oleh istri beliau Sayyidah Aisyah ra:

أن النبي صلي الله عليه وسلم كان يجتهد فى العشر الأواخر مالا يجتهد في غيرها

Artinya: “Sesungguhnya Nabi SAW bersungguh- sungguh ( dalam ibadah ) pada hari 10 terakhir di mana selain hari itu Beliau tidak bersungguh-sungguh (HR. Imam Muslim no. 1175 ).

Ini menunjukkan bahwasannya pada sepuluh hari yang terakhir di Bulan Ramadan sangat istimewah dan penuh dengan ampunan Allah. Pada hari ini lah Rasulullah SAW bercinta dan bermesraan dengan Sang Khalik, dengan cara menghidupkan malam-malam-nya dengan memperbanyak amal ibadah. Ada beberapa amalan Rasulullah untuk bercinta dengan Allah pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan yaitu:

  1. Menghidupkan malam. Menghidupkan malam disini mengandung maksud bahwa beliau menghidupkan seluruh malamnya atau kemungkinan juga beliau menghidupkan sebagian besar darinya. Aisyah RA berkata: “Tidak pernah aku melihat beliau ( Nabi SAW ) melakukan ibadah pada malam hari hingga pagi harinya dan berpuasa satu bulan penuh kecuali di bulan Ramadan.(HR. Imam Muslim)
  2. Membangunkan keluarganya. Rasulullah SAW membangunkan keluarganya untuk mengerjakan shalat sunnah pada malam-malam sepuluh hari terakhir. Padahal hal demikian tidak beliau lakukan di malam-malam yang lain. Imam at Thabrani berkata dalam hadis yang beliau riwayatkan:

أن النبي صلي الله عليه وسلم كان يوقظ أهله في العشر الأواخر من رمضان

Artinya: “Sesungguhnya Rasulullah SAW membangunkan keluarganya di sepuluh hari terakhir bulan Ramadan. (HR. Turmudzi no: 795 )

  1. Mengencangkat ikat pinggang. Maksudnya ialah beliau menjauhkan diri dari menggauli istri-istrinya. Diriwayatkan bahwa beliau tidak kembali ke tempat tidurnya sampai selesainya Bulan Ramadan. Dalam sebuah Hadis yang diriwayatkan oleh Anas disebutkan bahwa beliau ( Nabi SAW ) melipatkan ranjangnya dan menjauhkan diri dari menggauli istri. Ini menunjukkan bahwa sepuluh hari terakhir Bulan Ramadan adalah waktu yang khusus diberikan Allah kepada hambanya untuk ibadah
  2. I’ tikaf. Aisyah ra berkata :

أن النبي صلي الله عليه وسلم كان يعتكف العشر الأواخر من رمضان حتى توفاه الله

Artinya: “Sesungguhnya Nabi SAW melakukan i’tikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadan sampai beliau wafat. (HR Imam Bukhori no: 1921 Imam Muslim no: 1171). Tujuan Nabi melakukan i’tikaf pada sepuluh hari terakhir ialah untuk menghentikan berbagai rutinitas kesibukan, mengosongkan pikiran, dan mengasingkan diri demi bermunajat cinta, berdzikir dan berdo’a kepada Allah.

  1. Menggapai Lailatur Qadar. Rasulullah melaksanakan shalat pada malam-malam di sepuluh hari yang terakhir di Bulan Ramadan disertai dengan ibadah yang lain dan berdoa guna berharap mendapatkan Lailatul Qadar. Rasulullah SAW bersabda:

تحروا ليلة القدر في الوتر من العشر الأواخر من رمضان

Artinya: “Carilah Lailatul Qadar itu pada malam-malam ganjil dari sepuluh hari terakhir pada bulan Ramadan. (HR. Al Bukhari no. 1878).

Ada juga yang mengerjakan shalat lailatul Qodar secara khusus, walau ulama berbeda pendapat tentang keabsahan hadis yang menerangkan tentang shalat tersebut yang diriwatkan oleh Ibnu Abbas ra. (Keteragan tentang shalat Lailatul Qadar akan kami ulas dalam artikel lain). Lepas dari itu beribadah di malam sepuluh hari yang terakhir adalah sangat dianjurkan.

Wahai saudara yang dirahmati Allah, mari kita gunakan sepuluh hari yang terakhir Bulan Ramadan dengan mengerjakan ibadah yang telah diajarkan dan di amalkan oleh Rasulullah SAW dan marilah kita mencontoh sikap dan amalan Rasulullah SAW sehingga kita bisa menjadi kekasihnya Allah dan Rasulnya. Semoga kita semua bisa menjadi para pencinta Allah dan Rasulnya.


*Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng dan Penggiat kajian tasawuf