Judul : Agama Punya Seribu Nyawa

Penulis: Prof. Komarudin Hidayat

Penerbit : Noura books, Jakarta

Tebal : xxv + 281

Peresensi : Muhammad Ali Ridho*

Majalah Tebuireng

Judul buku ini “Agama Punya Seribu Nyawa” cukup menarik perhatian orang yang membacanya, apakah memang benar Agama mempunyai 1000 nyawa ?.

Kalimat yang digunakan Prof. Komaruddin Hidayat  itu hanyalah ungkapan metaforik untuk menyatakan bahwa  ternyata sepanjang sejarah manusia Agama selalu hadir meskipun ilmu pengetahuan dan teknologi modern semakin maju dan membuat gaya hidup manusia modern merasa semakin nyaman, dan semakin berkurang kebutuhannya pada Agama.

Sebelum, membuktikan pernyataan diatas, dalam bukunya Prof. Komaruddin Hidayat menjelaskan terlebih dahulu makna “Agama atau keberagamaan”. Agama mudah diucapkan dan diuraikan oleh semua orang namun sangat sulit didefinisikan oleh para ilmuawan. Maka, tidaklah mengherankan jika ditemukan begitu beragam dan uraian tentang arti “Agama” dan ‘keberagamaan” baik dalam pengertian etimologi atau terminologi. Ada pakar yang mengatakan bahwa, Agama terdiri dari kata “A” yang berarti tidak dan “Gama” yang berarti kacau, sehingga bermakna “tidak kacau” atau diistilahkan sebagai tuntunan yang melahirkan keteraturan. Sedangkan Al-Quran, menunjuk kata Ad-ddin untuk menjelaskn kata “Agama” yang mengandung arti hubungan antara dua belah pihak, yang salah satunya mempunyai kedudukan yang lebih tinggi.

Selanjutnya, dalam bukunya tersebut Prof. Komaruddin Hidayat menjelaskan, pada kenyataanya pada zaman sekarang sebagian orang mulai mencaci dan membenci Agama karena beranggapan bahwa Agama hanyalah sebagai sumber pertikaian, dan eksistensinya pun telah disaingi oleh iptek modern. Namun demikian, nyatanya penduduk dunia masih tetap memerlukan Agama dan menyakini adanya Tuhan. Terlebih lagi negara kita indonesia, dimana negara tidak memberikan ruang pada warganya yang tidak beragama dan tidak percaya pada Tuhan.

Oleh karena itu, Agama sampai kapanpun tidak akan pernah mati dan tidak akan mati, selama manusia masih memiliki sifat-sifat mendasar sebagai manusia itu sendiri, mulai manusia pertama hingga manusia terakhir kelak.

Buku ini “Agama Punya Seribu Nyawa” merupakan kumpulan esai  yang tercecer di media yang kemudian di terbitkan kembali oleh Naura Books,  artikel-artikel itu kemudian dikelompokkan menjadi lima  bagian. Pertama, Hakikat beragama. Kedua, Ibadah dan nilai sosial. Ketiga, Radikalisme Agama. Keempat, Dunia Islam nusantara dan yang terakhir, Agama takkan mati.

Beragam komentar tentang buku ini diantaranya yang dilontarkan oleh M. Amin Abdullah, guru besar UIN Sunan Kalijaga “Penulis melalui buku ini, menguraikan dengan jelas dan tajam tentang, Agama, apapun dan di manapun, punya kekuatan ajustibitas yang sangat tinggi terhadap lingkungan sekitar dan zaman yang dilaluinya.” buku ini juga dikomentari oleh Yudi Latif, Cendikawan muslim “buku ini melakukan penziarahan atas pengalaman keagamaan sehari-hari, memberikan refleksi kritis dan mengisahkannya kembali dalam bahasa yang sederhana dan memikat, guna menghadirkan modus beragama yang berparas bunga”.

Hemat penulis, melalui buku ini Prof. Komaruddin Hidayat  mengajak agar kita melihat Agama dengan berbagai ragam ekspresi penganutnya dalam perspektif positif dan kriris. Positif berarti menjadikan nilai-nilai Agama sebagai kekuatan progresif-konstruktif bagi kemajuan dan kemaslahatan umat manusia. Kritis  berarti menyikapi berbagai ekspresi keagamaan yang destruktif dan menyimpang dari nilai-nilai luhur agama itu sendiri agar kembali pada nilai-nilai agama yang sesungguhnya. Selain itu, bagaimana melalui buku ini Prof. Komaruddin Hidayat  juga mengajak kita untuk membincangkan persoalan-persoalan keagamaan yang sering kita jumpai sehari-hari seperti makna Agama, arti ibadah sosial, Islam Nusantara, terlebih lagi, Radikalisasi Agama. Dan Agama dapat bertahan hingga saat ini tak lain karena nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya. 

*Maha Santri Ma’had Aly kelas akhir dan juga aktif di Sanggar Kepoedang