Oleh: Almara Sukma*

Ketahuilah, bahwa hati itu seperti menara yang didirikan, yang mempunyai pintu-pintu, yang mana ditegakkan kepada hati, hal ihwal dari setiap pintu.

Hati juga dicontohkan sebagai sasaran. Segala panah dari segala arah ditegakkan kepadanya, atau seperti cermin yang ditegakkan dimana macam-macam gambar yang berbeda singgah atasnya, lalu tampak padanya gambar demi gambar, dan cermin itu tidak sunyi daripadanya.

Sesungguhnya segala sesuatu yang masuk dalam hati bisa membekas pada setiap keadaan. Secara dzahir masuk pada panca indra yang lima. Secara batin bisa berupa khayalan, marah, nafsu syahwat, dan akhlak yang tersusun dari tabiat manusia.

Apabila seseorang mengetahui sesuatu dengan panca indera, maka akan menimbulkan bekas di dalam hati. Dan apabila ia tidak bisa mengetahui melalui panca indera karena keterbatasannya, maka khayalan-khayalan muncul di dalam hati. Khayalan akan berpindah dari sesuatu kepada sesuatu yang lain.

Majalah Tebuireng

Maksudnya adalah bahwa hati itu selalu dalam perubahan dan terdapat bekas dari perubahan tersebut. Bekas yang masih menetap dalam hati disebut goresan hati. Goresan hati adalah pemikiran-pemikiran yang berhasil di dalam hati. Yakni hati mengetahui terhadap suatu ilmu, adakalanya atas jalan ingatan.

Goresan hati tersebut menggerakkan kemauan-kemauan. Niat, kemauan, cita-cita, itu pasti ada setelah tergoresnya apa yang diniatkan di dalam hati. Maka, permulaan perbuatan adalah goresan hati, kemudian goresan hati menggerakkan keinginan, keinginan menggerakkan cita-cita, cita-cita menggerakkan niat, dan niat menggerakkan anggota-anggota badan.

Goresan hati yang menggerakkan keinginan terbagi menjadi dua yakni:

Pertama, mendorong kepada kejahatan, seperti perkara yang membawa bahaya. Kedua, mendorong kepada kebaikan, seperti kepada apa yang bermanfaat di dunia akhirat.

Goresan hati tercela yakni goresan hati yang mendorong kepada kejahatan dinamakan was-was (godaan setan). Dan s\etan adalah makhuk yang tugasnya mengajak manusia kepada kejahatan, menyuruh manusia berbuat keji, dan menakut-nakuti manusia yang hendak berbuat kebaikan dengan kefakiran.

Setan akan mengelilingi hati manusia dengan was-was apabila hati manusia tidak terlepas dari nafsu syahwat, marah, rakus, panjang angan-angan, dan yang lainya yang bercabang dari hawa nafsu. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW dalam hadis riwayat Bukhari,

مَامِنْكُمْ مِنْ اَحَدٍ اِلَّا وَلَهُ شَيْطَانٌ قَالُوْا : وَاَنْتَ يَا رَسُوْلَ اللهِ قَالَ وَاَنَا إِلَّا اَنَّ اللهَ اَعَانَنِيْ عَلَيْهِ فَأَسْلَمَ فَلَا يَأْمُرُ اِلَّا بِخَيْرٍ

“Tidaklah seorang dari kamu melainkan mempunyai setan (jin qorin). Para sahabat bertanya: Juga engkau wahai Rasulullah? Beliau bersabda: Dan aku juga, hanya saja Allah menolongku terhadap setan itu, lalu ia tunduk maka, ia tidak menyuruh kecuali kebaikan.”

Manakala hati lebih kuat atas ingatan terhadap dunia disebabkan tuntutan hawa nafsu, niscaya setan mendapat jalan dan memberikan was-was. Dan apabila hati berpaling dari itu dan mengingat Allah, niscaya setan pergi dan jalannya sempit, dan malaikat datang memberi ilham.

Kebanyakan hati itu dikuasai oleh setan, lalu hati penuh dengan was-was yang mengajak memilih dunia dan membuang akhirat. Permulaan penguasaan setan adalah mengikuti keinginan nafsu syahwat dan hawa nafsu. Setan-setan tersebut bisa dikalahkan dengan cara mengosongkan hati dari makanan setan, yaitu: Hawa nafsu dan keinginan-keinginannya. Dan dengan selalu dzikir kepada Allah.


Disarikan dari kitab Ihya Ulumuddin, Juz 3


*Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari