Ahmad Fahmi saat menerangkan konsep yang ia angkat dalam Kamus al-Fiyyah-nya.

tebuireng.online– “Hidup seperti orang yang berlari, semakin ke depan/cepat maka semakin dibutuhkan banyak tenaga, fikiran,” begitu cuplikan kata-kata Ahmad Fahim, penulis buku “Kamus Mufrodat AlFiyyah” yang dibedah oleh Mahasiswa Universitas Hasyim Asy’ari (Unhays), Rabu (06/04/2015), acara tersebut bertempat di Ma’had Jami’ah Hasyim Asy’ari (Rusunawa Unhasy) Cukir Diwek Jombang.

Penulis Kamus AlFiyyah bercerita bahwa aia pernah mengenyam pendidikan di Yaman semala dua tahun, setelah menyelesaikan pendidikannya di Pesantren Salafiyyah Kebon Baru Pasuruan. Awal mulanya ia mendapatkan kesempatan pendidikan selama 4 tahun setara dengan strata 1, namun ketidakkondusifan sebab peperangan yang terjadi di negara ujung selatan Semenanjung Arabiyah tersebut, mengakibatkan beberapa mahasiswa Indonesia akhirnya dipulangkan.

Setelah itu, Fahim melanjutkan pendidikan di Unhasy mengambil Program Study Bahasa Arab. Menurutnya, Bahasa Arab itu mudah bahkan sangat mudah, karena Allah telah memberikan jaminan akan mempermudah bagi mereka yang berniat belajar Bahasa Arab. Dalam penulisan Kamus AlFiyyah, penulis menyelesaikannya dalam waktu 1,5 bulan saja. Dinamakan AlFiyyah karena kamus tersebut terdiri dari 1050 kata. AlFiyyah berasal dari kata alfun artinya 1000.

Banyak orang yang mengatakan bahwa belajar Bahasa Arab itu susah, padahal masalah dan kendalanya hanya ada pada sulitnya menghafal dan terjebak dengan tata bahasa. Menurutnya, hal yang paling penting dalam muhadatsah (percakapan) yaitu, mufrodat, pembiasaan, shorof, dan nahwu. “Orang arab itu tidak memperhatikan i’rob dalam percakapan loh,” ujar Fahim.

Dalam acara tersebut, penulis mengajak peserta untuk mencoba metode cepat menghafal mufrodat, yaitu dengan mamanejemen waktu dalam menghafal. Peserta pun sangat antusias mengikuti instruksi dari penulis. Penulis mengaku mendapatkan inspirasi dari banyak hal dalam menulis kamus tersebut, diantaranya kesulitan para mahasiswa Proddi Pendidikan Bahasa Arab yang menemukan kesulitan dalam menghafal mufrodat. Untuk itu ia membuat konsep program bersama rekan-rekannya di PBA. Hasil karya ini, bahkan mendapatkan apresiasi yang mendalam dari para dosen.

Majalah Tebuireng

Penulis juga menyampaikan pesannya agar ilmu yang dipelajari jangan hanya disimpan saja, kalau bisa dituangkan dalam tulisan, karena sekarang kekalahan lebih disebabkan karena kurangnya menulis. “Bahkan sekarang orang yang pintar- pintar jarang menulis, padahal yang menulis itu tidak harus pintar, dan ketika kita menulis juga pasti bertambah pintar, jadi harapan saya dengan buku ini bisa memancing minat teman-teman agar lebih terpacu lagi dalam berkarya,” kata penulis. (anita/abror)