Ketua Umum Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) hadiri seminar dalam harlah 120 tahun Pesantren Tebuireng, Sabtu (24/8/19). (Foto: Kopi Ireng)

Tebuireng.online— Seminar nasional dalam rangka memperingati hari lahir 120 tahun Pesantren Tebuireng, Sabtu (24/8/19) dihari kedua mengusung tema “peran dan sumbangsih JSIT dalam mencerdaskan bangsa” yang di sampaikan oleh Mohammad Zahri selaku ketua Umum JSIT Indonesia.

Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) Indonesia berdiri pada tanggal 31 Juli 2003 di Yogyakarta dengan azas Islam. JSIT bersifat nirlaba, independen, terbuka, dan siap bekerja sama dengan pihak manapun selama mendatangkan manfaat bagi anggota, bersesuaian dengan visi dan misi JSIT untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu.

Menurut Mohammad Zahri, pesantren merupakan salah satu pendidikan terbaik di Indonesia. Kiprah pesantren telah nyata, telah menghasilkan para ulama, tokoh nasional, bahkan presiden, wakil presiden RI, menteri, dan pejabat penting lainnya.

Hematnya, JSIT Indonesia memberikan apresiasi yang sangat tinggi pada pendidikan model pesantren, khususnya pondok Pesantren Tebuireng.

“Terlebih pondok pesantren Tebuireng dengan salah satu karya pendirinya, yaitu kitab ‘Adabul ‘Alim Wal Muta’alim’, karya KH.Hasyim Asy’ari yang sangat layak dijadikan referensi pendidikan modern saat ini,” ungkap ketua umum JSIT Indonesia itu.

Majalah Tebuireng

Di era modern ini tugas lembaga pendidikan yang harus diperankan adalah membentuk sumber daya manusia (sdm) yang bermutu untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan salah satunya, mencerdaskan kehidupan bangsa.

Menurut Mohammad Zahri, pencapaian tugas ini sangat ditentukan oleh kualitas guru dan kepala sekolah, serta efektifitas penyelenggaran dan pengelolaannya. Sekolah yang efektif sekolah yang memfungsikan secara optimal seluruh sumber daya yang dimiliki untuk mencapai sasaran mutu yang ditetapkan.

Peran JSIT Indonesia yang pertama membentuk pondasi dan framework pendidikan nasional bagi anggota dengan tujuan pendidikan SIT yaitu: membina peserta didik untuk menjadi insan beriman dan bertakwa, yang berprestasi, berakhlak mulia dan memiliki keterampilan yang memberi manfaat bagi umat manusia. Yang kedua melakukan pembinaan sekolah untuk menjadi sekolah yang bermutu.

Dalam data yang disampaikan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam pembukaan FGD di Kemdikbud pada 30 April 2019 yaitu tentang indeks Mutu Baik sekolah. Total jumlah sekolah SD, SMP, SMA (data 30 Juli 2018), dan SMK (data 22 April 2019) adalah 215.869 sekolah. Sekolah yang memiliki Indeks Mutu Baik yaitu 18,8 % atau 40.612 sekolah. hal ini berarti mash ada 175.257 (81,2 %) sekolah yang belum mencapai Indek Mutu Baik.

“JSIT terus bergerak untuk memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia,” tegas Mohammad Zahri.

Selanjutnya, peran JSIT, ketiga meningkatkan kualitas guru dan kepala sekolah. Sumber data Kemdikbud yaitu jendela.data.kemdikbud.go.id pada tanggal 22 Agustus 2019 menunjukan bahwa jumlah guru yaitu 2.718.838 orang, sedangkan kepala sekolah sebanyak 217.348 orang. Jumlah guru yang telah tersertifikasi sebagai guru provesional sebanyak 1.135.659 orang (41,77 %). Namun demikian rata-rata nilai UKG selama tiga tahun berturut-turut masih krang dari 70, yaitu 43,36 (tahun 2015); 65,40 (tahun 2017). Sedangkan kepala sekolah yang telah tersertifikasi dan memiliki NUKS sebanyak 64.837 (29,83%), (jendela.data.kemdikbud.go.id pada tanggal 2 Agustus 2019). Data ini memberikan gambaran bahwa jumlah guru yang sidah tersertifikasi (47,77%) belum memberikan dampak tang signifikan terhadap Indek Mutu Baik sekolah yang baru mencapai 18,8 %.

“Untuk itu JSIT Indonesia berupaya mengambil peran dalam peningkatan kualitas guru dan kepala sekolah. Ada tiga sasaran utama peningkatan kualitas guru yaitu mengkokohkan jiwa guru, meningkatkan 4 kompetensi guru sesuai dengan undang-undang guru, dan menumbuhkan budaya belajar bagi guru,” papar beliau.

Menurutnya seorang guru yang memiliki jiwa keguruan akan mempunyai dedikasi yang tinggi dalam mengajar, serta memiliki kinerja yang bagus. “Hanya guru yang terus belajar yang bisa memberi masa depan, ” imbuhnya.

Kemudian, ia mengungkapkan peran JSIT yang keempat, yaitu membangun budaya sekolah dan memberi contoh untuk memberi karakter. Untuk itu salah satu standar yang ditetapkan sebagai guru di SIT yaitu siap dan layak menjadi teladan.

Terakhir, lanjutnya, yang kelima mengokohkan peran pramuka dalam menumbuhkan kemandirian peserta didik, kepemimpinan, cinta tanah air dan bangsa, serta keenam membangun budaya hidup sehat dan kepedulian sosial.

Pewarta: Umdatul Fadhilah

Publisher: RZ