Tebuireng.online- Hari kedua Workshop Kaderisasi Ulama yang diselenggarakan AMALI (Asosiasi Ma’had Aly Indonesia), Kamis (7/11/19) kemarin, dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama diisi oleh dosen Mahad Aly Hasyim Asy’ari, Syekh Bilal Mahmud Afif Ghunaim (mab’uts jami’ah al-Azhar al-syarif) dan pakar tafsir Pesantren Tebuireng, Dr. KH. A. Mustain Syafi’i. Sedangkan sesi kedua diisi oleh KH. Jalal selaku ketua AMALI.

Syekh bilal mengungkapkan bawhasanya, langkah pertama yang harus diambil Mahad Aly dalam mengkader mahasantrinya ialah, menyeleksi para dosen yang akan mengajar. Karena menurut beliau, keberhasilan seorang santri tidak terlepas dari alimnya seorang guru. Sangat penting sekali kepada seluruh mahasantri menguasai gramatika dan cakap berbahasa Arab agar mudah memahami isi-isi kandungan kitab kuning.

“Seorang mahasantri ditutut memiliki sikap kritis yang tinggi, karena seorang mahasantri tidak lain setara dengan mahasiswa di perguruan tinggi lainnya,” ungkap Kiai Mustain Syafi’i. Beliau sangat menyayangkan bilamana seorang mahasantri hanya terpaku dengan teks, tidak diimbangi oleh konteks dalam memahami suatu hukum.

“Mahasantri harus menguasai seluruh bidang ilmu dalam perumusan dan mencetuskan suatu permasalahan, karena mahasantri ialah calon ulama di masa depan, dan ulama masa depan harus memiliki keilmuan yang luas untuk menjawab problematika umat.” ungkap pakar tafsir Pesantren Tebuireng ini.

Setelah sesi pertama berkahir, dilanjut dengan sesi kedua. Dipandu oleh ust. Anang selaku moderator dan KH. Jalal selaku pembicara. KH. Jalal merumuskan lima butir bahasan yakni, pertama merumuskan ulama seperti apa,  yang mana seorang ulama mampu menjawab problematika umat. Kedua, proses perkaderan ulama. Ketiga, seorang ulama yang harus memiliki keluasan berfikir dan kealiman ilmu. Keempat, seorang mengkader mahasantri untuk dapat berkarya melalui tulisan baik ilmiah  atau non ilmiah. Terkahir kelima, ialah seorang kader ulama harus memiliki sikap sosialisasi baik kepada masyarakat dan pemerintah. Dalam hal ini beliau menekankan bahwa kader ulama dari mahasantri harus menjadi mitra untuk masyarakat dan mitra pemerintan atau sebagai penengah.

Majalah Tebuireng

Beranjak acara selanjutnya ialah Study Tour ke Museum Mojokerto dan ziarah ke makam KH. Wahab Hasbullah pendiri dan pengerak Nahdlatul Ulama.


Pewarta: Dimas Setyawan

Publisher: MSA