Menolak Rezeki Sebab Tidur Pagi

sumber foto: www.google.com

Oleh: Silmi Adawiyah*

Mungkin sebagian dari kita ada yang sering mendengar bahwa siang itu waktunya bekerja, sedangkan malam untuk tidur atau istirahat. Atau justru sebaliknya, pola hidup yang siang untuk tidur, sedangkan malam tenang untuk mengerjakan sesuatu? Islam adalah agama yang komprehensif, setiap sudut aspek kehidupan sudah memiliki aturan yang sesuai dengan kehidupan manusia. Termasuk dalam pembagian waktu sehari semalamnya. Dalam QS Al An’am ayat 96 disebutkan:

فَالِقُ الْإِصْبَاحِ وَجَعَلَ اللَّيْلَ سَكَنًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ حُسْبَانًا ۚ ذَٰلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ

“Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.”

Namun nyatanya tidak semua orang bisa mengamalkan kandungan ayat tersebut. Bahkan tidak jarang yang mengamalkan kebalikannya, yakni malam untuk begadang mengerjakan sesuatu dan menjelang pagi atau selepas shubuh adalah waktu untuk istirahat. Tidur di pagi hari memanglah seuatu kenikmatan yang luar biasa, dimana udara sejuk belum tercemar oleh polusi dan selimut tebal sering memanggil kembali. Lantas bagaimanakah Islam memandang pola tidur yang seperti itu? Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:


نوم الصبحة يمنع الرزق

“Tidur pagi itu menolak rezeki.”

Hadis nabi tersebut bisa dijadikan bahan evaluasi diri kita sendiri, di saat rezeki sudah tak lancar lagi, atau rezeki lancar namun tak jelas terpakai untuk apa, maka kembalilah menengok ke kebiasaan pagi kita. Sudahkah kita meninggalkan kegiatan yang bisa menolak rezeki? Atau masih kah sering tidur pagi selepas Subuh? Jika memang masih sering tidur pagi, yuk mulai memperbaiki diri dengan mengubah niat dalam hati untuk tidak lagi tidur pagi. Hingga esok hari enggan kembali untuk tidur di pagi hari.

Disebutkan dalam kitab “Madarijus Salikin” bahwa waktu pagi adala waktu dimana pintu rezeki dibuka oleh Allah. dan waktu pagi itu adalah waktu datangnya kebaikan (berkah). Sebab itu barang siapa yang melewati waktu pagi dengan kegiatan tidur semata, maka bersiaplah ia menjadi orang yang merugi. Sebaliknya jika kita mengisi waktu pagi dengan amal yang bermanfaat, maka kita akan menuai banyak hal.

Dalam at-Taisir syarah al-Jami’ as-Shaghir, al-Munawi menambahkan bahwa waktu pagi adalah waktu berdzikir, berfikir tentang kekuasaan Allah, waktu dibaginya rezeki baik rezeki dzahir seperti uang atau rezeki yang tak nampak seperti pengetahuan-pengetahuan tentang kekuasaan Allah. Sebab itulah tidak baik rupanya jika pagi hanya dihabiskan dengan tidur semata. Menurut beliau  terhalangnya rezeki bisa berarti rezeki yang ia terima berkurang jumlahnya, atau bisa saja hilang berkahnya. Hilangnya berkah dari rezeki menyebabkan rezeki yang diterima tidak dapat mendorong pemiliknya untuk memperoleh kebaikan.

*Alumni Universitas Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang.

Exit mobile version