sumber ilustrasi: popbela.com

Oleh: Qurrotul Adawiyah*

“Katakan ‘I love you’ sejuta kali, tak secuil pun kukorbankan hatiku untukmu. Katakan ‘Ijab qabul’ sekali, ‘kan kuserahkan seluruh jiwa ragaku untukmu. Kirimkan jutaan bait romantis untukku, sedikit pun ku tak ‘kan terkesima olehmu. Tapi ucapkan sepatah kata penghalalan di depan waliku, seumur hidup ku akan selalu mengagumimu.” (Rifa’i Rif’an).

Kebiasaan kehidupan sehari-hari generasi muda, tak lepas dari yang namanya interaksi langsung atau hubungan dengan lawan jenis, baik di lingkungan rumah, sekolah, kuliah, kantor atau dimanapun dan kapanpun. Menjalin hubungan dengan lawan jenis yang bukan mahromnya banyak bentuknya seperti pertemanan, persahabatan, rekan kerja, atasan-bawahan, kakak-adik kelas, dan lain sebagainya.

Akibatnya bentuk hubungan itu akan mengalami interaksi langsung dan pertemuan yang semakin sering. Sehingga dari seringnya berinteraksi dan pertemuan yang bukan mahrom itu akan menimbulkan rasa kasih sayang satu-sama lain yang berpotensi mengakibatkan terjalinnya hubungan kedekatan yang lebih dari sekadar pertemanan.

Apalagi, saat ini di tengah-tengah perkembangan globalisasi, ditandai dengan kemajuan-kemajuan ilmu pengetahuan dan semakin majunya teknologi serta berkembang pesatnya budaya barat yang masuk di Indonesia khususnya bagi generasi muda tampaknya fenomena pacaran memang telah menjadi bagian hidup bagi setiap orang karena pada saat ini siapa yang tidak tahu tentang istilah pacaran.

Majalah Tebuireng

Hampir seluruh lapisan masyarakat dari segala usia pasti mengenal kata pacaran dan mengerti apa yang dimaksud dengan pacaran. Pacaran dapat diartikan bermacam-macam, tetapi intinya adalah jalinan cinta antar seorang remaja dengan lawan jenisnya. Oleh karena itu kita sebagai perempuan harus pintar-pintar menyikapi dan menanggapinya.

Rasulullah Saw bersabda: ما تركت بعدي فتنة أضر على الرجال من النساء

“Aku tidak meninggalkan satu fitnah pun yang lebih membahayakan kaum laki-laki selain fitnah perempuan.” (HR. Bukhari)

Allah juga  berfirman dalam Al- Qur’an yang artinya: “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk. (QS Al-Israa 17:32)

Dari firman  tersebut dapat kita jadikan pegangan bahwa aktivitas apapun itu berawal dari hal-hal kecil, tidak mungkin seseorang tiba-tiba langsung zina, pasti sebelumnya ada aktivitas  awalnya. Allah mengatur sesuatu jauh sebelum sesuatu itu terjadi.

Cobalah kita renungkan dan kita pikir bersama dengan lebih cerdas untuk menganalisa kebanyakan aktivitas orang-orang berpacaran, apa saja yang dilakukan orang-orang yang lagi kasmaran dan pacaran.

Memikirkan, berkhayal berduaan, bercampur baur. Nah semua itu berarti mendekati zina kan? Aktivitas-aktivitas itulah yang selalu menjadikan para pelakunya ingin terus-menerus melakukan sampai tak terkendali akhirnya terjerumus ke zina. Zina sendiri artinya luas bukan hanya masalah persentubuhan yang tidak halal, seperti hadis yang  disebutkan oleh Rasulullah SAW dalam riwayat Bukhari, Muslim, dan Abu Dawud.

عن عبدالله بن عباس قال مارأيت شيئاًأشبه باللمم مماقال أبوهريرةإن النبي صلى الله عليه وسلم قال إن الله كتب

على ابن آدم حظه من الزناأدرك ذلك لامحالةفزناالعينين النظروزنااللسان النطق والنفس تمنى وتشتهي والفرج يصدق ذلك أويكذبه

“Dari Abdullah bin Abbas RA, ia berkata bahwa aku tidak melihat sesuatu yang lebih mirip dengan ‘kesalahan kecil’ daripada hadits riwayat Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Allah telah menakdirkan anak Adam sebagian dari zina yang akan dialaminya, bukan mustahil. Zina kedua mata adalah melihat. Zina mulut adalah berkata. Zina hati adalah berharap dan berkeinginan. Sedangkan alat kelamin itu membuktikannya atau mendustakannya.” (HR Bukhari, Muslim, Abu Dawud).

Oleh karena itu semuanya  bisa dilakukan dengan bertahap, apa-apa yang dilihat, didengar, dibicarakan, dan apa saja yang kita berjalan menujunya yang  yang tidak halal, serta berharap pada hal-hal yang belum halal untuk kita, berarti  mendekati zina, hingga akhirnya menggiring kepada zina yang sesungguhnya.

Karena itu Allah sudah membarengi aturan-aturan pergaulan lawan jenis dengan menundukkan pandangan  menutup aurat dan lain sebagainya. Sebagai generasi modern, mestinya kita juga tidak meniru orang-orang jahiliyah dan budaya jahiliyah modern yang sudah mulai mengembuskan pemikiran-pemikiran untuk kembali ke cara-cara primitif dan bebas moral dalam bergaul  dan berpola pikir.

Jodoh di tangan Allah, minta saja sama Allah dan tempuh jalur yang benar untuk mewujudkan perasaan cinta dan kasih sayang, tinggalkan kebiasaan berpacaran, jangan memberikan kesempatan dan bertoleransi dengan kemaksiatan sekecil apapun itu. Sebab kita tidak pernah tahu kapan kita dapat menutup keburukan-keburukan yang pernah kita lakukan dan bertaubat kepada Allah. 

*Mahasantri Mahad Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang.