tebuireng.online— Di era teknologi dan informasi ini, semuan kalangan dituntut dapat mengikuti perkembangan yang ada. Termasuk juga kalangan pesantren. Pengurus atau pembina santri harus melek media, teknologi dan informasi. Untuk itu peserta Diklat Kader Pesantren Tebuireng diajarkan cara membuat website sederhana di aula Gedung Diklat Jombok Ngoro Jombang, Sabtu (17/09/2016).
Pemateri yang didatangkan adalah Waka Kesiswaan SMA Trensains, Abdul Ghofur, S.Pd. Beliau menyampaikan materi tentang probematika manusia modern, perbandingan sains dan teknologi Islam dan Barat, serta bagaimana cara membuat website sederhana. Peserta yang berjumlah 28 orang, mengikuti materi sejak pukul 10.30 WIB hingga sore hari pukul 15.00 WIB.
Pertama-tama alumnus Universitas Negeri Surabaya (Unesa) tersebut menerangkan tentang “Nestapa Manusia Modern”. Dalam materi tersebut, pria yang juga pengampuh situs resmi SMA Trensains itu menjelaskan tentang bagaimanakah sains dan teknologi modern barat menjebak umat muslim yang sebenarnya telah terlebih dulu maju pada abad kejayaan.
Menurut beliau, perkembangan IT telah menyetir kehidupan manusia, membuat yang jauh menjadi dekat dan yang dekat menjadi jauh. “Orang duduk bareng saja, senyum-senyum sendiri sambil memainkan gawai, tidak saling bicara, sedangkan yang jauh dapat diajak bicara dengan media sosial,” ungkap Pak Ghofur.
Sains Barat, lanjut beliau, mendasarkan perkembangannya pada pondasi ontologi matrealisme, aksiologi sains for sains, dan epistimogi empiris yang menafikan wahyu dan hanya fokus pada tataran ilmiah saya. Sedangkan sains yang dikembangkan Islam didasarkan pada wahyu, dipadukan dengan tujuan kemaslahatan umat dan petunjuk bagi umat manusia. Sains Islam tidak berorientasi pada pengembangan sains untuk menciptakan sains baru, tetapi bagaimana sains dapat bedampak positif bagi kemaslahatan manusia dan ketaatan kepada tuhan.
“Walau hanya blog, kita jadi sadar bahwa belajar IT itu penting, karena yang menyetir santri untuk menggunakan IT dengan tepat dan bijaksana ya kita ini,” ujar Ahmad Ngibadillah, salah peserta asal Cilacap. Ia berharap materi ini dapat diteruskan di kesempatan yang lain, untuk lebih memperluas kemampuan para calon pendidik dan pembina santri agar melek media, informasi, dan teknologi. (Abror)