niat puasa ramadan
niat puasa ramadan

Niat merupakan kunci dari setiap ibadah yang dikerjakan oleh setiap muslim. Karena pekerjaan apapun akan tergantung dengan niatnya. Dalam ilmu fiqh, niat menjadi penentu sah atau tidaknya suatu ibadah. Jika niatnya benar maka ibadahnya sah. Sebaliknya, ketika niatnya salah atau luput tidak dibaca, maka ibadahnya bisa tidak sah.

Puasa Ramadan menjadi salah satu ibadah wajib umat muslim. Ibadah puasa, tidak dilakukan begitu saja, hanya sekedar tidak makan dan minum dari pagi hingga petang. Namun, ada ketentuan dan syarat yang harus dipahami. Salah satu rukun yang sangat penting dalam menjalankan ibadah puasa adalah niat. Puasa wajib tidak sah, tanpa niat. Dan niat pada puasa wajib harus tabyit, yakni membaca niat pada malam harinya sebelum fajar terbit. Berikut niat puasa Ramadan:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ اَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانِ هذِهِ السَّنَةِ ِللهِ تَعَالَى

Aku niat puasa esok hari karena menunaikan kewajiban bulan ramadan tahun ini karena Allah ta’ala

Namun, bagaimana ketika lupa membaca niat di malam hari?

Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka ada niat khusus yang dibaca pada puasa pertama bulan ramadan. Berikut lafaz niatnya:

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

نَوَيْتُ صَوْمَ جَمِيْعِ شَهْرِ رَمَضَانِ هَذِهِ السَّنَةِ تَقْلِيْدًا لِلْإِمَامِ مَالِكٍ فَرْضًا لِلهِ تَعَالَى 

Aku niat puasa sebulan penuh ramadan tahun ini taqlid Imam Malik, fardhu karena Allah ta’ala

Niat puasa sebulan penuh tersebut, ditulis dalam Kitab Sabil al-Huda karya KH Ahmad Idris Marzuq, pengasuh ke-4 Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur.

Menurut jumhur ulama, niat puasa Ramadan harus dibaca setiap malam, dan tidak sah puasa dalam satu hari ketika terlewat (tajdid an-niyyat). Namun, dalam mazhab malikiyah membaca niat cukup pada awal Ramadan saja, dengan syarat puasa yang dilakukan berturut-turut, tidak terputus. Ketika terputus, maka diharuskan membaca niat kembali.[1]

Imam Malik berpandangan bahwa puasa Ramadan adalah bentuk ibadah tunggal, saling berkaitan satu sama lain. Maka, cukup membaca niat pada awal menjalankan ibadah, layaknya shalat.

Namun, perlu menjadi catatan bahwa membaca niat sebulan penuh adalah bentuk antisipasi, bukan perkara utama.

Wallahu a’lam


[1] Hasyiah ad-Dasuqi ‘ala asy-Syarh al-Kabir, (1/521)


Ditulis oleh Al Fahrizal, mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari