Di sebuah pesantren, empat orang santri dengan sangat lahap menyantap makan siang. Meski lauknya hanya sayur lodeh terong yang ditumpahkan di atas baki a tau nampan, sehingga mereka makan secara bersama-sama, wajah-wajah mereka tampak ceria saja. Menjelang makanan itu habis, ada seorang santri baru yang masuk kamar di mana santri-santri itu sedang makan. “Ya akhi. mari kita makan sama-sama”, begitu pinta salah seorang dari santri-santri yang sedang makan kepada santri baru itu. “Baik, terima kasih. Saya masih kenyang”, jawab santri baru. Sementara salah satu dari santri-santri yang sedang makan itu kemudian mundur untuk mempersilakan santri baru itu agar mau bergabung makan bersama. “Mari ya akhi, sa~peyanikut makan. Saya sudah kenyang. )angan malu-malu, meskipun ini sisa makanan kami. Kata Nabi Saw, ‘Sisa makanan orang mukmin itu adalah obat”. Begitu ia membujuk santri baru itu seraya menyitir sebuah Hadis, agar ia mau makan. Dan akhir- nya, santri baru yang sedang beradaptasi dengan lif!gkungan pesantren itu terpaksa ikut makan bersama. Dalam hatinya, sebenarnya ia merasa jijik memakan makanan sisa orang lain itu, tetapi ia juga bertanya- tanya, karena disebutkan ada Hadis seperti itu. ia akhirnya makan juga.

Obat Lapar Teks Hadis yang sangat populer itu, khususnya di lingkungan pesantren seperti disebutkan oleh salah seorang santri tadi adalah:

سؤر المومن دواء

Artinya : Sisa makanan orang mukmin itu adalah obat.

Mendengar Hadis itu, santri baru tadi merasa penasaran. Ia ingin mengetahui lebih lanjut apa maksud Hadis itu. Ketika suatu saat ia mengikuti pengajian kiai di pesantren, ia menanyakan maksud Hadis tersebut. Sisa makanan orang mukmin itu dapat menjadi obat untuk penyakit apa saja. Pak kiai dengan seloroh menjawab singkat. “obat Iapar”.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Kualitas Hadis Teks Hadis yang populer di Indonesia, khususnya di lingkungan pesantren adalah seperti yang termaktub di atas tadi. Sementara yang terdapat dalam kitab-kitab Hadis adalah:

سؤر المومن شفاء

Artinya :Sisa makanan orang mukmin itu menyembuhkan

Dan tampaknya, perbedaan itu hanyalah lafdhi (redaksional) saja. Semen tara tentang kualitasnya, para ulama menegaskan bahwa Hadis itu palsu. Al-Hafidh al-‘lraqi mengatakan, La ashla lahu bi hadza al- lafdh (tidak ada sumbernya berdasarkan lafadhz ini)  Ada Hadis lain yang sepintas tampak seirama dengan Hadis di atas. Hadis lain ini diriwayatkan oleh Imam al-Daruquthni dengan sanad: Said bin Misykan -Ahmad bin Rauf -Suaid bin Nasr- Nuh bin Abu Maryam – lbnu Juraij – Ata – lbnu Abbas – Nabi Saw. Hadis ini menuturkan, “Di antara sikap yang santun adalah seseorang minum sisa minuman saudaranya. Dan siapa yang minum sisa saudaranya dengan mengharapkan wajah Allah, maka akan ditinggikan baginya tujuh puluh tingkatan, tujuh puluh kesalahannya akan dihapuskan, dan akan dicatat baginya tujuh puluh kebajikan” Sayang di dalam sanad ini terdapat rawi yang bernama Nuh bin Abu Maryam yang dikenal sebagai pendusta Karenanya, Hadis kedua ini juga palsu. Bahkan sebenarnya substansinya berbeda, karena Hadis kedua ini tidak berbicara tentang obat. Ia hanya berbicara tentang sisa minuman, dan kesantunan. Jadi tidak ada kaitannya dengan Hadis pertama yang kita bicarakan.