Foto peserta bersama para narasumber acara Komunitas Gerakan Indonesia Membaca (GIM), Jombang, Minggu (23/04/17) di Ruang Fakultas Teknik Unhasy. (Foto : Ahmad Fao)

Tebuireng.online– Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Unhasy bersama Komunitas Gerakan Indonesia Membaca (GIM) tepat hari Minggu (23/04/17) menggelar sarasehan literasi dalam rangka memperingati hari buku dunia. Acara tersebut berlangsung di Laboratorium Teknik Sipil Universitas Hasyim Asy’ari Jombang.

Dalam penyelenggaraan Sarasehan Literasi ini, diawali dengan pembukaan, sambutan-sambutan, serta penutup. Sambutan yang pertama disampaikan oleh Syahromli selaku FTBM Jombang. Dalam sambutannya, ia menyampaikan bahwasannya Gerakan Indonesia Membaca (GIM) tersebut tidak hanya dilaksanakan di Unhasy, melainkan juga telah dihelat di beberapa tempat di Jombang. Hal tersebut dimaksudkan agar dapat menjadikan Jombang sebagai barometer GIM di Indonesia.  “Kegitan ini akan digebyarkan di Sumobito Jombang pada tanggal 26 April 2017, tepatnya di tanah kelahiran Cak Nun,” ungkapnya dalam sebuah sambutan.

Berlanjut pada sambutan kedua disampaikan oleh perwakilan Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Agus Sulton, S.Pd, M.Hum. Dalam sambutan ini, disampaikan bahwa minat baca dan menulis mahasiswa Unhasy cukup bagus terlebih di program studi pendidikan dan bahasa, hampir setiap minggu tulisan mahasiswa dimuat di Koran lokal, ada juga beberapa mahasiswa yang berhasil di taraf nasional. Selain itu, dijelaskan bahwa pihak Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Unhasy juga berencana untuk menerbitkan dua buku, yang pertama inventarisasi cerita rakyat, yang kedua kumpulan puisi dari mahasiswa. Acara ini kemudian ditutup dengan pembacaan doa yang disampaikan oleh Lukman.

Setelah acara seremonial selesai, acara Sarasehan Literasi dimulai yang dimoderatori oleh  Yusron Aminulloh selaku motivator literasi. Yusron menyampaikan pesan literasi, “Yang pertama adalah jangan pernah tidur sebelum membaca buku, jangan pernah mandi sebelum menulis buku, karena buku memiliki usia yang lebih tua dari kita, maka ketika kita sudah mati pun apabila kita menuliskan buku yang berguna, ia akan tetap dibaca. Literasi tidak melulu dengan membaca, literasi secara mendalam adalah mempelajari, mendalami, serta memberi solusi kehidupan, membaca pun tak hanya buku, pemikiran orang lain, gerakan orang lain, serta keadaan lingkungan,” ungkapnya di depan semua peserta Sarasehan Literasi.

Pegiat Literasi Sekolah, Seno Bagaskoro merupakan siswa tingkat SMA asal Surabaya yang masih berusia 15 tahun dan telah berkeliling enam negara, di antarannya Korea, Jepang, dan lain-lain karena prestasinya. Selain itu, ia juga mengisi berbagai seminar di beberapa Universitas, seperti Universitas Airlangga (UNAIR), Institut Teknologi Surabaya (ITS), dan perguruan tinggi yang lainnya. Pada peserta dalam forum, Ia menyampaikan bahwasanya literasi tidak selalu dihubungkan dengan buku, kertas, dan keilmuan. Namun menurutnya, literasi adalah berkaitan dengan menciptakan sejarah, literasi bukan hanya membaca, menulis, dan memecahkan masalah lalu lewat saja, tetapi literasi berkaitan dekat dengan menciptakan sejarah melalui proses tadi. Seno memiliki prinsip, “Bahwasanya setiap orang yang saya temui adalah guru, setiap rung yang saya datangi adalah ruang kelas, dan setiap jam adalah jam pelajaran,”

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Menurutnya, banyak yang menganggap bahwa teknologi adalah tantangan, namun Seno melihat berbanding terbalik di beberapa negara yang Ia kunjungi. Beberapa negara tersebut tidak lagi menjadikan teknologi sebagai hambatan, tetapi teknologi telah menjadi vasilitator kemajuan bangsa-bengsa tersebut. “Untuk membangkitkan semangat literasi pada orang lain itu sangat beragam, karena beragam pula karakter orang yang hendak menjadi objek literasi. Mengajak orang berliterasi tidak hanya melulu berpacu pada buku, tetapi temanilah mereka dari hal yang mereka sukai, literasi yang berhasil adalah literasi yang mampu memunculkan solusi-solusi atas permasalahan yang terjadi,” Ia menuturkan dengan beberapa pengalamannya.

Wiek Herwiyatmo, budayawan yang merupakan Alumnus Universitas Airlangga (UNAIR) jurusan ekonomi yang kemudian memilih masuk dalam dunia kebudayaan menuturkan, “Seseorang yang belum pernah menulis semasa hidupnya, maka ia tidak dapat dikatakan manusia sempurna.” Pungkasnya pada acara Sarasehan Literasi ini.


Pewarta : Nazhatuz Zamani

Editor : Munawara, MS

Publisher : Masnun Muhammad